Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekaten, Hajad Dalem Keraton Yogyakarta di Bulan Mulud

Kompas.com - 24/09/2023, 22:10 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Sekaten adalah salah satu Hajad Dalem di Keraton Yogyakarta yang berlangsung pada Bulan Mulud (Rabi’ul Awal).

Rangkaian acara Sekaten yang berlangsung dari tanggal 5 sampai dengan tanggal 12 Mulud ini diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Biasanya acara Sekaten akan dibuka dengan Miyos Gangsa dan ditutup dengan Kondur Gangsa serta Grebeg Maulud.

Baca juga: Ada Pasukan Gajah Saat Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta, Drone Dilarang Terbang

Namun masyarakat Yogyakarta sempat memandang acara ini identik dengan adanya pasar malam yang digelar di Alun-alun Utara, padahal esensi sekaten bukanlah kegiatan tersebut.

Bahkan sejak 2022, pasar malam yang biasanya digelar pada perayaan Sekaten di Keraton Yogyakarta tidak lagi dihelat.

Lalu apa sebenarnya Sekaten di Keraton Yogyakarta? simak ulasannya berikut ini.

Baca juga: Mengenal 21 Gamelan Pusaka Milik Keraton Yogyakarta

Sejarah Sekaten di Keraton Yogyakarta

Dilansir dari laman kratonjogja.id, ada dua pendapat yang menjelaskan asal-usul sebutan Sekaten yang menjadi Hajad Dalem di Keraton Yogyakarta.

Pendapat pertama menyebut kata Sekaten berasal dari kata Sekati yang merupakan nama seperangkat Gangsa (gamelan) yang dibunyikan selama pelaksanaan sekaten.

Pendapat kedua menyebut Sekaten berasal dari kata “syahadatain” yang merupakan kalimat untuk menyatakan seseorang memeluk Islam.

Baca juga: Grebeg Maulud, Puncak Peringatan Maulid Nabi di Keraton Yogyakarta

Konon upacara Sekaten sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa berdiri.

Sekaten menjadi salah satu strategi dakwah Wali Songo yang menggunakan sarana budaya dalam menyebarkan ajaran Islam yang dibawanya.

Dilansir dari laman kemenag.go.id, Sekaten merupakan buah karya kreativitas dari Walisongo, khususnya Sunan Kalijaga.

Dulu pada saat Sunan Kalijaga memainkan gamelan tersebut, banyak masyarakat berbondong-bondong untuk melihat karena penasaran.

Masyarakat penasaran dan tertarik mendekat dan masuk ke masjid untuk melihat sekaligus mendengarkan gamelan dari jarak dekat.

Hal tersebut dimanfaatkan untuk mengajak masyarakat membaca membaca syahadatain serta menyimak petuah dan dakwah mereka.

Gamelan Kyai Nogo Wilogo, salah satu dari Gamelan Kanjeng Kiai Sekati yang merupakan pusaka Keraton Yogyakarta.kratonjogja.id Gamelan Kyai Nogo Wilogo, salah satu dari Gamelan Kanjeng Kiai Sekati yang merupakan pusaka Keraton Yogyakarta.

Saat pecahnya Kerajaan Mataram, Gangsa Sekati yang terdiri dari Kiai Gunturmadu dan Kiai Guntursari dibagi menjadi dua.

Kyai Gunturmadu diserahkan kepada Kasultanan Yogyakarta, sedangkan Kyai Guntursari diserahkan pada Kasunanan Surakarta.

Sehingga untuk mengembalikan kelengkapan gamelan Gangsa Sekati Kasultanan Yogyakarta membuat putran (duplikasi) dari Kyai Guntursari yang diberi nama Kyai Nagawilaga.

Rangkaian Acara Sekaten di Keraton Yogyakarta

Rangkaian upacara Sekaten di Keraton Yogyakarta dimulai pada tanggal 5 Mulud dengan dikeluarkannya Gangsa Sekati atau Gamelan Sekaten yaitu Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga.

Gangsa Sekati akan dibawa oleh abdi dalem dari ruang penyimpanan di dalam Keraton menuju Bangsal Pancaniti.

Kemudian Gangsa Sekati akan ditabuh oleh Abdi Dalem Kridha Mardawa yang sudah lebih dulu menjalani tradisi untuk bersuci secara lahir dan batin.

Adapun Gendhing yang dimainkan saat Gangsa Sekati berada di Bangsal Pancaniti adalah gendhing rambu, gendhing rangkung, dan gendhing andong-andong atau gendhing lung gadung.

Saat Gangsa Sekati ditabuh di di Bangsal Pancaniti, Sultan akan mengirim Utusan Dalem untuk menyebar udhik-udhik kepada para penabuh dan pengunjung yang hadir.

Udhik-udhik yang disebar berupa bunga, beras, biji-bijian, dan uang logam yang dimaksudkan sebagai simbol sedekah, doa keselamatan, dan kesejahteraan dari raja kepada rakyatnya.

Setelah itu, Gangsa Sekati kembali ditata dan diletakan di atas ancak dan dibawa menuju Masjid Gedhe untuk memulai tradisi Miyos Gangsa.

Miyos Gangsa adalah prosesi dikeluarkannya Gangsa Sekati (Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga) dari Keraton ke Masjid Gedhe yang dilaksanakan oleh para Abdi Dalem tepat pada tengah malam.

Rute Miyos Gangsa dimulai dari Bangsal Pancaniti, lalu ke utara menuju Siti Hinggil, Pagelaran, lalu ke barat hingga ke Masjid Gedhe.

Di Masjid Gedhe, Kyai Gunturmadu akan ditata di Pagongan Kidul sedangkan Kyai Nagawilaga akan ditata di Pagongan Lor yang berada di halaman depan.

Abdi dalem Keraton Yogyakarta mengusung Gamelan Sekaten.Dok. kratonjogja.id Abdi dalem Keraton Yogyakarta mengusung Gamelan Sekaten.

Kemudian, Gangsa Sekati akan ditabuh 3 kali sehari, mulai dari tanggal 6 Mulud sampai dengan tanggal 11 Mulud.

Jadwal menabuh Gangsa Sekati yaitu pagi hari sejak jam 08.00 hingga 11.00, siang hari sejak 14.00 hingga 17.00, dan malam hari sejak jam 20.00 hingga 23.00.

Khusus pada hari Kamis petang sampai dengan selepas sholat Jumat, Gangsa Sekati tidak akan ditabuh.

Rentang waktu penabuhan Gangsa Sekati inilah yang sebenarnya disebut dengan Sekaten.

Bersamaan dengan itu, di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta juga diadakan persiapan untuk menyambut Garebeg Mulud.

Salah satunya upacara Numplak Wajik yang dilakukan di tanggal 9 Mulud yang bertempat di Panti Pareden yang berada di Kamagangan Keraton.

Numplak Wajik adalah prosesi yang menandai dimulainya pembuatan Gunungan Wadon (putri) untuk Garebeg Mulud.

Ada beberapa gunungan yang dipersiapkan untuk pelaksanaan Garebeg Mulud yaitu Gunungan Wadon, Gunungan Lanang, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan.

Penyebaran udhik-udhik oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Masjid Gedhe, ke arah kerabat, para Abdi Dalem, dan masyarakat yang hadir. Penyebaran udhik-udhik dilakukan sebelum pembacaan riwayat Nabi Muhammad pada rangkaian acara Sekaten di Keraton Yogyakarta.Dok.kratonjogja.id Penyebaran udhik-udhik oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Masjid Gedhe, ke arah kerabat, para Abdi Dalem, dan masyarakat yang hadir. Penyebaran udhik-udhik dilakukan sebelum pembacaan riwayat Nabi Muhammad pada rangkaian acara Sekaten di Keraton Yogyakarta.

Pada tanggal 11 Mulud malam atau pada malam tanggal 12, di Masjid Gedhe diselenggarakan pembacaan riwayat Nabi Muhammad yang dihadiri Sultan.

Sebelum masuk ke Masjid Gedhe, Sultan akan lebih dulu menyebarkan udhik-udhik di Pagongan Lor dan Pagongan Kidul.

Setelah itu Sultan juga akan menyebarkan udhik-udhik di diantara “saka guru” Masjid Gedhe, ke arah kerabat, para Abdi Dalem, dan masyarakat yang hadir.

Penyebaran udhik-udhik oleh Ngarsa Dalem inilah yang kerap ditunggu-tunggu oleh masyarakat atau wisatawan yang sengaja hadir, terutama bagi mereka yang berniat untuk ngerayah udhik-udhik dengan maksud ‘ngalap berkah’.

Setelah itu, Sultan akan mengikuti pembacaan riwayat Nabi Muhammad yang dibawakan Abdi Dalem Pengulu di serambi Mesjid Gedhe dari awal hingga akhir.

Di tengah pembacaan riwayat Nabi Muhammad, Sultan akan menerima persembahan Sumping Melati dari Abdi Dalem Punokawan Kaji.

Sumping Melati yang dikenakan di telinga kiri merupakan simbol bahwa Sultan sebagai raja senantiasa mendengar aspirasi dan pendapat rakyatnya dan akan melaksanakan harapan rakyatnya tersebut.

Setelah Abdi Dalem Pengulu selesai membacakan riwayat Nabi Muhammad, maka Sultan akan memberi salam kepada hadirin dan kembali ke Keraton.

Pada malam tanggal 12 pukul 23.00 WIB, Gangsa Sekati juga akan berhenti ditabuh.

Kemudian dilakukan Kondur Gangsa yaitu prosesi dilepasnya kembalinya Gangsa Sekaten (Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga) untuk disimpan kembali ke dalam Keraton.

Rangkaian upacara Sekaten pun telah selesai dan dilanjutkan dengan acara penutup yaitu Garebeg Mulud pada keesokan harinya.

Pasar Malam Bukan Bagian dari Sekaten

Jika dilihat dari penjelasan tersebut, tidak dijelaskan adanya prosesi pasar malam dalam rangkaian acara Sekaten di Keraton Yogyakarta.

Terkait hal tersebut, Tepas Tanda Yekti Keraton Yogyakarta Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tirtawijaya membarikan penjelasannya.

“Sekaten dengan pasar malam berbeda prinsipnya bagi keraton. Jadi pasar malam dengan Sekaten berbeda. Mindset-nya masyarakat, Sekaten itu pasar malam, sebenarnya tidak. Itu hal yang berbeda,” ucap Tirtawijaya kepada Kompas.com, Jumat (22/9/2023).

KMT Tirtawijaya saat ditemui di Kompleks Kepatihan Kota Yogyakarta jelaskan soal sekaten dan pasar malam, Jumat (22/9/2023)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO KMT Tirtawijaya saat ditemui di Kompleks Kepatihan Kota Yogyakarta jelaskan soal sekaten dan pasar malam, Jumat (22/9/2023)

Tirtawijaya juga menjelaskan bahwa tujuan Keraton Yogyakarta menggelar Sekaten adalah untuk syiar budaya sekaligus syiar agama.

Diketahui pada masa itu masyarakat tidak memiliki banyak pilihan untuk hiburan, sehingga Sekaten dijadikan wahana atau wadah untuk syiar penyebaran agama Islam.

“Pada waktu itu penganut agama Islam tidak terlalu banyak di wilayah kita. Jadi dengan adanya Sekaten, masyarakat menuju tempat tersebut. Setelah datang di area sekaten, ada acara syahadatain atau mengislamkan masyarakat yang ingin masuk melalui syiar budaya,” jelasnya.

Jadi setelah dilakukan syahadatain, itu digelar dakwah yang bisa diikuti masyarakat.

Namun ternyata hal itu membuat Belanda takut dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan Keraton Yogyakarta.

“Setiap ada perkumpulan selalu curiga (Belanda), akhirnya membuat siasat acara Sekaten fokusnya dipecah dengan adanya pasar malam,” ucap dia.

Strategi Belanda itu kemudian membuat fokus Sekaten pun menjadi terpecah karena ada pasar malam.

Sumber:
kemenag.go.id  
kratonjogja.id  
kratonjogja.id  
travel.kompas.com  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Daftar Program Istura untuk Berkunjung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta

Cara Daftar Program Istura untuk Berkunjung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta

Yogyakarta
7 Siswa yang Diduga Tawuran di Umbulharjo Yogyakarta Ditangkap, Obat dan Gir Disita

7 Siswa yang Diduga Tawuran di Umbulharjo Yogyakarta Ditangkap, Obat dan Gir Disita

Yogyakarta
Buang Muatan Sampah di Pinggir Jalan Bantul, Sopir Diminta Angkut Lagi Buangannya

Buang Muatan Sampah di Pinggir Jalan Bantul, Sopir Diminta Angkut Lagi Buangannya

Yogyakarta
Terperosok Lubang, Maling Ayam di Yogyakarta Ditangkap Warga

Terperosok Lubang, Maling Ayam di Yogyakarta Ditangkap Warga

Yogyakarta
Rumah Warga Terdampak Pelebaran JJLS Mulai Dibongkar untuk Jalur Pipa Air Bersih Menuju Bandara YIA

Rumah Warga Terdampak Pelebaran JJLS Mulai Dibongkar untuk Jalur Pipa Air Bersih Menuju Bandara YIA

Yogyakarta
Kampung Nagan Terdampak Revitalisasi Benteng Keraton Yogyakarta, Rumah Dibongkar

Kampung Nagan Terdampak Revitalisasi Benteng Keraton Yogyakarta, Rumah Dibongkar

Yogyakarta
Viral, Video Diduga Tawuran di Jalan Pramuka Yogyakarta, Ini Kata Polisi

Viral, Video Diduga Tawuran di Jalan Pramuka Yogyakarta, Ini Kata Polisi

Yogyakarta
Dinding Gudang di Kulon Progo Jebol, 21 Tabung Elpiji 3 Kg Hilang Dicuri

Dinding Gudang di Kulon Progo Jebol, 21 Tabung Elpiji 3 Kg Hilang Dicuri

Yogyakarta
Belasan Wisatawan Tersengat Ubur-ubur Warna Pink di Pantai Gunungkidul

Belasan Wisatawan Tersengat Ubur-ubur Warna Pink di Pantai Gunungkidul

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Dishub: Tunggu Kajian

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Dishub: Tunggu Kajian

Yogyakarta
Sampah Kembali Menumpuk di Depo dan Jalanan Yogyakarta, Apa yang Terjadi?

Sampah Kembali Menumpuk di Depo dan Jalanan Yogyakarta, Apa yang Terjadi?

Yogyakarta
Sampah Dibuang di Kawasan Karst, Sumber Air Gunungkidul Dikhawatirkan Rusak

Sampah Dibuang di Kawasan Karst, Sumber Air Gunungkidul Dikhawatirkan Rusak

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 13 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 13 Mei 2024, dan Besok : Siang Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 13 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 13 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Sejarah Benteng Keraton Yogyakarta dan Bagian-bagian Bangunannya

Sejarah Benteng Keraton Yogyakarta dan Bagian-bagian Bangunannya

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com