“Harapan kami jika lahan situs ini sudah dibebaskan akan menambah satu klaster lagi yang ada di KCB Kerto-Pleret seperti klaster Masjid Kauman, Klaster Kerto, Klaster Kedaton dan kemungkinan bisa menambah Klaster Keputren. Di Pleret ini juga dijumpai cepuri beteng dalam dan ternyata keberadaan situs Keputren ini berada di sisi utara dari cepuri,” imbuh Hery.
Kerabat pemilik lahan Situs Keputren sekaligus Koordinator Pengelola KCB Kerto-Pleret, Supriyanto menyampaikan, lokasi situs merupakan lahan pribadi milik bibinya yang kini bermukim di Malang. Sehingga yang mengurus tanahnya diserahkan kepada ayahnya.
Sebelum dimiliki sang bibi, lahan tersebut konon dulunyaa merupakan hutan bambu dan pemakaman sinden. Warga pun banyak yang mengambil bata dan batu andesit di lokasi ini. Lambat laun hingga saat ini, lahan kosong ini digunakan sebagai kandang ternak warga setempat.
Baca juga: Singkap Struktur Candi, Arkeolog Kembali Ekskavasi Situs Mbah Blawu Jombang
“Awal digali memang ada batu bata di atas batu andesit yang membujur sehingga kita presentasikan di Disbud DIY dan akhirnya dibuka. Ini pertama kali ekskavasi yang status tanahnya belum dibebaskan. Hal ini berkaitan dengan tugas saya di KCB Kerta-Pleret," ungkapnya.
Dia berharap lahan ini bisa dibebaskan oleh Pemerintah DIY.
"Harapannya lahan ini bisa dibebaskan agar menjadi pengayaan dan kelengkapan cerita sejarah KCB Kerto-Pleret. Saya siap membantu mediasi dan mudah-mudahan ada tindak-lanjut dari Disbud DIY nantinya,” imbuh Supri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.