Walau begitu, sebagian masyarakat juga berpendapat bahwa nama nasi kucing muncul karena porsinya yang sangat sedikit.
Menurut Gugun hal tersebut pun tidak keliru sebab nyatanya porsi nasi kucing pun sedikit.
"Itu persepi tapi bisa jadi seperti itu. Karena menu atau porsinya untuk kucing sedikit juga bisa," ungkap Gugun.
Lebih lanjut, Gugun menjelaskan bahwa pada awalnya lauk nasi kucing adalah gereh pidang.
Namun seiring berjalannya waktu, lauk nasi kucing justru identik dengan sambal teri.
"Menu awal itu ada sambal, gereh, sama nasi sedikit itu. Mungkin teri itu karena mungkin habis pindangnya, habis gerehnya karena kan itu pengembang saja," ujar Gugun.
Lauk nasi kucing saat ini juga semakin beragam dan berkembang sesuai dengan daerah tempatnya dijual.
Misalnya, saat ini juga kerap ditemukan nasi kucing dengan lauk sambal wader, sambal belut, rica-rica, oseng, bandeng, dan sebagainya.
Selain namanya yang unik, porsi nasi kucing yang sedikit juga menjadi pertanyaan banyak orang.
Dilansir dari tribunkaltimtravel.tribunnews.com, sejak dulu nasi kucing memang identik dengan harga murah dan porsi kecil.
Hal ini karena nasi kucing memang bukan untuk mengenyangkan perut yang lapar.
Nasi kucing disajikan hanya untuk menemani perbincangan orang-orang yang nongkrong di hik atau angkringan.
Tidak heran jika ingin merasa kenyang pembeli harus menyantap lebih dari satu bungkus, atau membeli lauk pendamping yang lain.
Sumber:
visitingjogja.jogjaprov.go.id
tribunkaltimtravel.tribunnews.com
kompas.com (Editor : Lea Lyliana)