Salin Artikel

Sejarah dan Asal-usul Nama Nasi Kucing

KOMPAS.com - Nasi kucing atau sego kucing adalah salah satu menu yang selalu tersaji di angkringan.

Bentuk nasi kucing berupa nasi bungkus dengan porsi kecil, yang jika diukur mungkin hanya setara tiga hingga lima sendok makan saja.

Nasi kucing ini memiliki ciri khas dari bentuk pembungkusnya yang menggunakan kertas atau daun pisang.

Nasi putih di dalamnya sudah dipadukan dengan isian lauk yang tak kalah sederhana, seperti sambal teri atau oseng-oseng.

Nasi kucing biasanya dinikmati dengan menu pendamping yang tersaji di wadah yang ada di dekatnya, seperti baceman kepala ayam, baceman ceker, baceman tahu, baceman tempe, gorengan, dan sundukan (sate-satean).

Sejarah Nasi Kucing

Kemunculan nasi kucing tidak lepas dari sejarah hik atau angkringan yang berkembang di wilayah Solo dan Yogyakarta.

Mulanya hik atau angkringan menjual menu terikan, makanan khas Jawa Tengah dengan kuah kental dengan lauk tempe atau daging.

Selain terikan, penjual angkringan juga akan menyajikan berbagai macam lauk seperti jadah (ketan) bakar, singkong, getuk, kacang, dan aneka sate. Macam-macam lauk tersebut dimasukkan dalam wadah dari daun pisang yang disebut takir.

Selain terik dan aneka lauk, kemudian ditambah juga menu nasi kucing. Kehadiran nasi kucing ini yang kemudian malah menggeser pamor terikan.

Alasan Disebut Nasi Kucing

Inisiator Desa Cikal Bakal Angkringan Ngerangan Klaten, Gunadi S.Pd.I yang biasa disapa Gugun menjelaskan bahwa sebutan nasi kucing merujuk pada lauknya.

Gugun menjelaskan, mulanya nasi kucing hanya berisi sedikit nasi, sambal, dan gereh pindang.

Gereh pindang ini oleh warga setempat merupakan lauk yang umumnya digunakan sebagai makanan kucing.

"Istilah sego kucing itu karena di situ menu awalnya ada sambal sama gereh, terus nasinya sedikit. Nah gereh itu senengannya kucing, gereh pindang keranjangan itu," jelas Gugun kepada Kompas.com, Rabu (18/01/2022).

Karena hal tersebut kemudian masyarakat mulai menamai hidangan ini dengan sebutan nasi kucing atau sego kucing.

"Makanya disebut sego kucing karena dulu menunya makanannya kucing," imbuhnya.

Walau begitu, sebagian masyarakat juga berpendapat bahwa nama nasi kucing muncul karena porsinya yang sangat sedikit.

Menurut Gugun hal tersebut pun tidak keliru sebab nyatanya porsi nasi kucing pun sedikit.

"Itu persepi tapi bisa jadi seperti itu. Karena menu atau porsinya untuk kucing sedikit juga bisa," ungkap Gugun.

Lebih lanjut, Gugun menjelaskan bahwa pada awalnya lauk nasi kucing adalah gereh pidang.

Namun seiring berjalannya waktu, lauk nasi kucing justru identik dengan sambal teri.

"Menu awal itu ada sambal, gereh, sama nasi sedikit itu. Mungkin teri itu karena mungkin habis pindangnya, habis gerehnya karena kan itu pengembang saja," ujar Gugun.

Lauk nasi kucing saat ini juga semakin beragam dan berkembang sesuai dengan daerah tempatnya dijual.

Misalnya, saat ini juga kerap ditemukan nasi kucing dengan lauk sambal wader, sambal belut, rica-rica, oseng, bandeng, dan sebagainya.

Alasan Porsi Nasi Kucing Sedikit

Selain namanya yang unik, porsi nasi kucing yang sedikit juga menjadi pertanyaan banyak orang.

Dilansir dari tribunkaltimtravel.tribunnews.com, sejak dulu nasi kucing memang identik dengan harga murah dan porsi kecil.

Hal ini karena nasi kucing memang bukan untuk mengenyangkan perut yang lapar.

Nasi kucing disajikan hanya untuk menemani perbincangan orang-orang yang nongkrong di hik atau angkringan.

Tidak heran jika ingin merasa kenyang pembeli harus menyantap lebih dari satu bungkus, atau membeli lauk pendamping yang lain.

Sumber:
visitingjogja.jogjaprov.go.id 
tribunkaltimtravel.tribunnews.com 
kompas.com (Editor : Lea Lyliana)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/08/29/214215078/sejarah-dan-asal-usul-nama-nasi-kucing

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke