Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dua Keluarga Tersisa di Atas Perbukitan Gunungkidul, Dihantui Serangan Monyet

Kompas.com - 27/08/2023, 20:58 WIB
Markus Yuwono,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pasrah adalah gambaran dua kepala keluarga warga Padukuhan Suru, Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul, DI Yogyakarta, karena hanya mereka yang berada di atas bukit. Sementara puluhan lainnya sudah mulai pindah di dataran rendah.

"Mau bagaimana sebenarnya mau pindah rumah tapi tidak ada biaya," kata Tupan saat dihubungi wartawan melalui telepon milik salah seorang warga lain, Minggu (27/8/2023).

Dirinya saat ini tinggal bersama istri bernama Melestari, dan seorang anak yang masih sekolah. Saat berbicara melalui telepon suaranya sering terputus-putus karena sinyal internet juga terbatas.

Baca juga: Cerita Sekdes di Banten Terjerat Pinjol karena Gaji 5 Bulan Tak Dibayar

Tupan mengatakan, untuk sampai ke rumahnya harus berjalan kaki karena berada di perbukitan timur hutan Wonosadi, Kalurahan Kampung. Untuk sampai harus menempuh jalan kaki sekitar 30 menit. Jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan.

Untuk akses penerangan, menyambung jaringan listrik milik warga yang ada di bawah bukit. Selain dirinya, di agak bawah ada rumah milik Winarno.

Winarno menjabat salah satu ketua RT di Padukuhan Suru. Nasibnya juga sama dengan Tupan, hingga kini terpaksa tinggal di perbukitan.

"Selain rawan longsor, saat ini muncul serangan monyet ekor panjang," kata Winarno.

Winarno kini tinggal bersama enam orang keluarganya, bahkan ada yang masih balita. sebenarnya di atas bukit itu dulu total ada 22 KK, dan mulai berkurang karena pindah.

Sementara dihubungi terpisah, Lurah Kampung, Suparna membenarkan masih ada dua rumah di atas bukit. Dia mengatakan yang terakhir pindah ada dua kepala keluarga pada 2020 lalu.

Baca juga: Cerita Sopir Ambulans yang Masih Kenakan Pakaian Karnaval Saat Antar Pasien Kecelakaan

Dikatakannya, Tupan sebenarnya sudah memiliki lahan di dataran yang lebih rendah. Dia membeli dari warga dengan harga jauh di bawah dari harga pasaran.

"Mereka warga kurang mampu, sementara kemampuan dana desa memberikan bantuan hanya Rp 10 juta, dan itu tidak cukup untuk membangun rumah. Beliau tidak mau karena tidak cukup membangun rumah," kata Suparna.

Suparna sebenarnya kasihan kepada warganya itu, karena tergolong tidak mampu, dan menempati tanah pribadi di atas perbukitan. Apalagi saat ini muncul serangan monyet ekor panjang.

Baca juga: Cerita WNI Asal Tegal dan Suami Bisnis Restoran di AS, Buka sejak 1999

"Monyet ekor panjang yang saat ini menyerang kasihan sekali," kata dia.

Diceritakan Suparna, pada 2019 lalu, orangtua Tupan, yakni Mbah Markiyem hilang. Sampai saat ini tidak ditemukan, meski saat itu puluhan relawan sudah dikerahkan.

Saat ini pihaknya tengah berkomunikasi dengan Pemerintah DIY untuk mencari solusi terkait dua warga tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

Yogyakarta
Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Yogyakarta
Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Yogyakarta
Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Yogyakarta
PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

Yogyakarta
PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

Yogyakarta
Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Yogyakarta
'Study Tour' Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

"Study Tour" Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

Yogyakarta
Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Yogyakarta
Sejumlah Daerah Larang 'Study Tour', Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Sejumlah Daerah Larang "Study Tour", Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Yogyakarta
Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Yogyakarta
Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com