YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Puluhan hektar lahan tanaman timun di Padukuhan Pampang, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, DI Yogyakarta, telah memasuki masa panen. Namun, petani resah dengan tidak menentunya harga hasil panen mereka.
Seorang petani, Budi Susilo mengakui harga berbagai timun mengalami penurunan. Seperti tim baby yang saat ini harganya Rp 2.500 per kilogramnya. Padahal saat normal harganya Rp 4.000 sampai Rp 5.000 per kilogramnya.
Baca juga: Cek Harga Sembako di Pangandaran, Zulhas Sebut Telur dan Beras Lebih Mahal
Untuk timun biasa, harga idealnya Rp 3.000 per kilogramnya. Saat ini harganya di bawah Rp 2.000 per kilogramnya, dan bahkan tidak laku.
Sementara timun suri harga Rp 3.000 perkilogram saat di penjual atau tengkulak. Saat dijual normal harga Rp 5.000 per kilogram.
"Kondisi seperti ini saya kira karena ritme pasar, pasang surut sebenarnya. Bukan masalah anjlok, tapi turun drastis," kata Susilo saat dihubungi melalui telepon Jumat (21/7/2023).
Dia mengatakan saat ini bersama petani milenial Pampang menanam timun suri seluas 3.000 meter dengan kapasitas 15 ton. Selain itu, juga ditanam buah seluas sekitar 10 hektar dan sayur di atas 10 hektar.
Adapun untuk mengurangi kerugian, pihaknya menjual secara online dan membuat argowisata petik timun sendiri.
"Kita juga berencana membentuk komunitas khususnya holtikultura bekerja sama dengan pasar induk. Jadi harga kita lebih stabil dibandingkan melalui tengkulak," kata dia.
Ketua Gapoktan Umbulrejo, Ponjong Kasno menilai harga timun masih cenderung stabil dibandingkan dengan harga hortikultura yang lain.
"Timun masih mudah untungnya," kata Kasno.
Sementara Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono menyampaikan, untuk harga pasar hortikultura pihaknya tidak bisa berbuat banyak.
"Seperti saat ini bawang merah petani kita sebagian mulai panen. Nanti kalau daerah penghasil utama seperti Brebes, Jawa Tengah mulai panen harganya cenderung turun," kata Raharjo.
Dikatakannya, untuk saat ini harga timun biasa dari data di tingkat pedagang Rp 6.000 pe rkilogramnya. Untuk itu, pihaknya mendorong petani agar bisa tawar menawar dengan pedagang.
"Petani bisa mencoba ke pasar langsung. Mungkin harganya bisa lebih baik," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.