Berdasarkan hasil rapat tersebut, dia menjelaskan, penyebab sejumlah SD sepi peminat adalah lokasinya yang jauh dari kawasan penduduk produktif.
Baca juga: Cerita SD Negeri di Solo Hanya Terima Satu Siswa Tahun Ajaran Baru 2023
Dian melanjutkan, sejumlah sekolah tersebut berada di wilayah pertokoan, perkantoran, mal, rumah sakit, atau berdekatan dengan sekolah swasta berbasis agama.
"Permohonan kami terhadap kondisi yang ada sudah kami sampaikan ke wali kota. Kami tinggal menunggu arahan dari beliau nanti. Untuk (SD) satu murid, tetap mendapat proses belajar yang sesuai haknya," ungkapnya.
Dian memaparkan, pihaknya kini akan menindaklanjuti persoalan tersebut dengan mengkaji kemungkinan pemindahan lokasi atau regroup dengan sekolah terdekat.
"Kita telah meregroup 20 sekolah selama 12 bulan menjadi 10 sekolah pada tahun kemarin, sehingga tahun ini kita hanya memiliki 142 sekolah," tutur Dian.
Meski begitu, dia mengaku, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan sebelum meregroup atau menyatukan sekolah.
"Banyak pertimbangan, saya bilang ya harus melihat abcd. Saya harus memastikan jumlah kepala sekolah saat rekrutmen nanti semuanya dapat pekerjaan. Saya harus tunggu kepala sekolah yang pensiun, saya inventarisasi, baru saya regroup," pungkasnya.
Baca juga: SD Negeri di Ponorogo Ini Hanya Punya Satu Siswa Baru
Tak hanya di Solo, kasus serupa juga terjadi di daerah lainnya, termasuk di Ponorogo, Jawa Timur.
SDN Setono, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, hanya memiliki satu siswa untuk tahun ajaran 2023/2024.
Menurut Kepala SDN Setono, Prayitno, satu siswa baru itu mendaftar melalui PPDB online jalur zonasi.
“Biasanya setelah masuk sekolah itu ada tambahan siswa baru. Makanya kami tetap membuka offline untuk penerimaan siswa baru,” ungkap Prayitno.
Dia mengakui bahwa jumlah siswa baru di sekolah yang dipimpinnya itu terus menurun. Tahun sebelumnya, jumlah siswa yang mendaftar hanya sebanyak 5 orang.
"Saat ini kami tetap buka offline (untuk menerima siswa baru). Hanya nanti apakah ada tambahan atau tidak kami kurang tahu,” paparnya.
Dia menyatakan, persaingan sekolah untuk mendapatkan murid saat ini semakin ketat. Apalagi kini banyak orangtua yang lebih memilih menyekolahkan anaknya di madrasah atau sekolah berbasis agama.
Meski begitu, dia meyakinkan bahwa pihaknya akan tetap melakukan kegiatan belajar-mengajar sesuai jadwal.
Sumber: Kompas.com (Kontributor Solo, Labib Zamani, Kontributor Kota Solo, Fristin Intan Sulistyowati, Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor: Ardi Priyatno Utomo, Dita Angga Rusiana, Krisiandi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.