Sebagaimana jamaknya kemarau, kata Hariyadi, kekeringan sering menjadi persoalan bagi semua peternakan. Pengelola peternakan kesulitan mendapat pakan terutama hijauan.
“Semacam bank pakan hijauan,” kata Hariyadi.
Pada musim kemarau tahun ini, lumbung atau bank pakan ini bakal teruji keandalannya. Bank itu berisi ribuan kantong plasik berisi hijauan cacah yang diawetkan atau hasil fermentasi. Tiap karung plastik beratnya 50 kilogram. Untuk bisa bertahan lama, isi plastik dibikin kedap udara.
Pengawetan alami itu membuat pakan masih bisa bertahan setidaknya satu bulan. “Totalnya bisa 10 ton,” kata Hariyadi.
Lumbung untuk cadangan pakan peternakan sendiri, tetapi juga rencananya akan dijual ke peternakan yang seprofesi. “Kami siap kirim ke Jateng–DIY,” kata Hariyadi.
Usaha pengembangan rumput pakan ternak terbilang menguntungkan ketimbang komoditas lain. Menurut Sutikno, penyuluh pertanian dari Balai Penyuluh Pertanian Pengasih, menyatakan rumput lebih cepat tumbuh dan bisa segera dipanen asalkan cukup air. Berbeda dengan ladang tebu yang muncul sebelum masuk Wanadelima.
Baca juga: Sulap Bekas Sawah Jadi Kolam, Penyuluh Perikanan di Bogor Bantu Pokdakan Produksi 3 Ton Nila
Rumput pakan ternak tumbuh hingga dipanen pada usia 40 hari. “Sementara kalau tebu itu ditanam hingga panen membutuhkan waktu 10 bulan,” kata Sutikno di lokasi Wanadelima.
Penyuluh pertanian ini mengharapkan, kawasan Wanadelima terus berkembang. Pasalnya, masih banyak potensi, misal menjadi tempat wisata edukasi pertanian dan peternakan. Rencananya pula, akan dikembangkan bumi perkemahan.
“Ke depan di sini bisa jadi pusat pelatihan pertanian dan peternakan” kata Sutikno.
Plt. Kepala Dinas Pertanian Trenggono Tri Mulyo mengatakan, Wanadelima merupakan salah satu percontohan sistem pertanian terpadu di Kulon Progo. Aktivitasnya mulai dari pakan fermentasi dengan teknik silase, penggemukan, pemanfaatan kotoran sebagai kompos, dan lain-lain.
Baca juga: Jejak Kasus Penipuan Dukun Pengganda Uang, Gunakan Trik Sulap hingga Ritual Aneh
Semua yang dikembangkan mampu menyediakan sumber pakan ternak saat menghadapi kemarau panjang.
Dengan hasil tanam sendiri tersebut, Wanadelima mampu memproduksi 1-2 ton pakan silase perhari, dengan harga jual mencapai Rp. 1.100 per kilonya.
“Wanadelima jadi salah satu percontohan Integrated Farming System di Kulon Progo," kata Trenggono.
Ke depan, kawasan akan dikembangkan jadi desa wisata karena potensi pemandangan alam yang bagus. Wisata edukasi dinilai paling cocok sebagai pusat pembelajaran peternakan di Kulon Progo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.