Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kantongi Nama-nama Pelaku Perdagangan Orang, Mahfud: Mungkin Besok atau Minggu Depan Kita Tangkap

Kompas.com - 04/05/2023, 13:16 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan telah mengantongi nama-nama pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Mahfuf membeberkan pelaku TPPO ada yang dari dalam negeri dan luar negeri. Dia mengatakan, pelaku TPPO di dalam negeri banyak yang bermain dengan aparat di Imigrasi dan Perhubungan.

"Jadi begini TPPO itu ada penyalurnya dari dalam negeri. Kemudian merupakan sindikat bermain dengan aparat, bermain dengan imigrasi, perhubungan. Ada yang menampung. Ada yang menyalurkan di dalam negeri," kata Mahfud saat ditemui di UIN Sunan Kalijaga, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (4/5/2023).

Baca juga: Beredar Video Puluhan WNI di Myanmar Meminta Dipulangkan, Disebut Korban Perdagangan Orang

Menurut Mahfud, perdagangan orang merupakan hal yang sangat jahat. Hal ini karena manusia dijualbelikan layaknya budak.

Pelaku TPPO ini, menurut dia, merekrut warga yang memiliki latar belakang tidak mampu secara ekonomi. Modusnya, para korban ditawari pekerjaan di luar negeri dengan iming-iming gaji besar.

"Ditawari pekerjaan, suruh tanda tangan berbagai surat dan diberi paspor lalu dikirim ke luar negeri. Sampai sana tidak digaji. Ada yang dipekerjakan di kapal-kapal, sampai mati. Ada yang dibuang di laut. Ada yang kapalnya ditenggelamkan. Itu banyak sekali," ungkapnya. 

Mahfud mengatakan dalam waktu dekat akan membuat shock therapy bagi para pelaku TPPO. Pasalnya, dia segera memerintahkan Bareskrim Polri untuk segera menangkap pelaku TPPO.

"Mungkin besok atau minggu depan kita tangkap. Pelaku, penyalur, sindikat di suatu daerah dan nama-nama sudah kita berikan. Bareskrim segera eksekusi tangkap pelaku," kata dia.

Setelah melakukan penangkapan, Mahfud mengatakan, pihaknya akan mendatangi daerah-daerah. Termasuk ke instansi terkait yang memiliki andil dalam tindak pidana tersebut.

"Kita ke daerah-daerah, Kemenkumham, Kementerian Dalam Negeri, izin kepolisian, pariwisata, karena punya andil. Banyak dari daerah dengan profil miskin ditawari wisata ke luar negeri dan di sana banyak dijual, banyak disiksa berbulan-bulan, bertahun-tahun. Ini korbannya banyak," ungkap dia.

Baca juga: Mahfud MD Sebut Sindikat Perdagangan Orang di Batam Terkoordinasi dengan Baik

Diberitakan sebelumnya, warga negara Indonesia (WNI) diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) oleh sindikat penipuan kerja di Myanmar. Diduga banyak WNI yang terkena modus akan dipekerjakan di luar negeri malah disekap, disiksa, diperbudak, dan diperjualbelikan.

Salah satu keluarga WNI yang diduga jadi korban TPPO berinisial I mengatakan, para WNI di Myanmar itu juga mendapat pengancaman tak bisa pulang dari pihak perusahaan.

“Bahkan, terakhir kita dapat konfirmasi dari anak-anak, yang mana perusahaan itu bilang tidak ada yang bisa jemput kalian di sini bahkan Presiden Jokowi pun. Itu statement-nya perusahaan kemarin,” kata I, selaku salah satu anggota keluarga korban, di Lobi Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Selasa (2/5/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Masih Banyak Jalan Rusak, Pemkab Gunungkidul Ajukan Perbaikan ke Pemerintah Pusat

Masih Banyak Jalan Rusak, Pemkab Gunungkidul Ajukan Perbaikan ke Pemerintah Pusat

Yogyakarta
YIA Jadi Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng dan DIY, Sultan Harap Penerbangan Ditambah

YIA Jadi Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng dan DIY, Sultan Harap Penerbangan Ditambah

Yogyakarta
Soal Pj Kepala Daerah Maju Pilkada, Sultan: Perlu Dipertimbangkan, 'Rasah Kesusu'

Soal Pj Kepala Daerah Maju Pilkada, Sultan: Perlu Dipertimbangkan, "Rasah Kesusu"

Yogyakarta
Hardiknas, Haedar Nashir: Pendidikan Bukan Pabrik Pencipta Robot

Hardiknas, Haedar Nashir: Pendidikan Bukan Pabrik Pencipta Robot

Yogyakarta
Tarif Pariwisata di Bantul Naik mulai 1 Mei, Sekian Besarannya

Tarif Pariwisata di Bantul Naik mulai 1 Mei, Sekian Besarannya

Yogyakarta
PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Yogyakarta, Baru Satu Orang yang Ambil Formulir Pendaftaran

PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Yogyakarta, Baru Satu Orang yang Ambil Formulir Pendaftaran

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Buruh Tuntut Rumah Murah, Kepala Disnakertrans DIY: Kami Komunikasikan

Buruh Tuntut Rumah Murah, Kepala Disnakertrans DIY: Kami Komunikasikan

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Yogyakarta
Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Yogyakarta
Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Yogyakarta
May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

Yogyakarta
Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com