"Kampung kami ada produksi cacing sutera. Bahan dari Yogya. Penutupan membuat mereka kesulitan," kata Marsih.
Marsih mengharapkan, pemerintah memberi kelonggaran. Di satu sisi untuk keselamatan warga, di sisi lain ekonomi masyarakat setempat juga harus diprioritaskan.
Karenanya Marsih mengusulkan, ke depan ada alternatif yang meringankan warga khususnya lokal, di antaranya motor diperbolehkan melintas jembatan dengan pembatasan tertentu. Begitu pula dengan orang jalan kaki.
"Semua cari makannya ke Jogja. Maka dari itu harapan saya pribadi ditutup untuk orang yang jauh-jauh. Sedangkan warga lokal mohon dibolehkan. Kami masih bisa saling bergantian karena kami masih pengertian,” kata Marsih.
Warga lain bernama Badrun (60) yang sehari-hari mencari rumput pakan kambing. Ia punya empat kambing yang dianakkan untuk dijual.
Dalam satu tahun, kambingnya bisa beranak dua kali. Setelah anakan kambing mencapai dua tahun, ia menjual dengan harga Rp 2.500.000.
Baca juga: Bukan Flyover, Tahun Ini Pemprov Jabar Bangun Ulang Jembatan Dayeuh Kolot
Itu pekerjaan sehari-hari Badrun. "Selebihnya nyangkul (serabutan). Kalau ada yang nyuruh ya kerjakan," kata Badrun.
Badrun baru saja mencari rumput di seberang sungai. Ia dapat satu pikulan rumput kira-kira 10 kg.
Sesampai di ujung jembatan, ia cukup terkejut ketika polisi dan aparat pemerintah memasang penutupan jembatan. Badrun hanya bisa pasrah.
"Saya banyak cari rumput di seberang. Kalau ditutup, ya mau bagaimana lagi. Tapi kasihan yang kerjanya harus ke Yogya jadi lebih jauh," kata Badrun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.