KOMPAS.com - Dalam bahasa Jawa, setiap orang akan terikat dalam aturan atau unggah-ungguh yang terikat dengan kedudukan pembicara dan lawan bicara.
Pengertian unggah-ungguh bahasa Jawa sendiri adalah sikap sopan santun, tata susila, tata krama, dan etika dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.
Baca juga: Filosofi di Balik Penyebutan Angka 21, 25, 50, dan 60 dalam Bahasa Jawa
Unggah-ungguh bahasa Jawa ini bertujuan untuk menghormati lawan bicara dan menghindari kesalahpahaman.
Dalam buku Belajar Bahasa Daerah (Jawa) (2020) oleh Rian Damariswara dijelaskan bahwa aturan atau unggah-ungguh dalam berbahasa ini terikat dengan tingkatan usia, hubungan kekerabatan, status pangkat, status kekayaan, status keturunan, status kepandaian, dan keakraban.
Baca juga: Angka 1 sampai 100 dalam Bahasa Jawa Ngoko dan Kromo serta Filosofinya
Dari kosakata yang digunakan maka bahasa Jawa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu bahasa Jawa netral, Ngoko, Krama madya, dan Krama inggil.
Sementara dari undha-usuk, bahasa Jawa dibagi menjadi empat jenis yaitu basa Krama alus, Krama lugu, Ngoko alus dan Ngoko lugu.
Baca juga: Mengenal Arah Mata Angin dalam Bahasa Jawa agar Tak Tersesat di Yogyakarta
Bahasa Jawa Netral adalah jenis pemilihan kata yang bisa digunakan untuk semua kalangan.
Kosakata netral ini tidak memiliki makna kasar maupun halus, dan bisa digunakan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Contoh kosakata netral antara lain ayu, bagus, sapu, dan lain sebagainya.
Bahasa Jawa Ngoko adalah jenis pemilihan kata yang digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang sudah akrab, kepada orang yang lebih muda, atau orang dengan derajat yang lebih rendah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.