Salin Artikel

Mengenal Unggah-ungguh Basa Jawa: Bahasa Ngoko dan Bahasa Krama

KOMPAS.com - Dalam bahasa Jawa, setiap orang akan terikat dalam aturan atau unggah-ungguh yang terikat dengan kedudukan pembicara dan lawan bicara.

Pengertian unggah-ungguh bahasa Jawa sendiri adalah sikap sopan santun, tata susila, tata krama, dan etika dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.

Unggah-ungguh bahasa Jawa ini bertujuan untuk menghormati lawan bicara dan menghindari kesalahpahaman.

Dalam buku Belajar Bahasa Daerah (Jawa) (2020) oleh Rian Damariswara dijelaskan bahwa aturan atau unggah-ungguh dalam berbahasa ini terikat dengan tingkatan usia, hubungan kekerabatan, status pangkat, status kekayaan, status keturunan, status kepandaian, dan keakraban.

Dari kosakata yang digunakan maka bahasa Jawa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu bahasa Jawa netral, Ngoko, Krama madya, dan Krama inggil.

Sementara dari undha-usuk, bahasa Jawa dibagi menjadi empat jenis yaitu basa Krama alus, Krama lugu, Ngoko alus dan Ngoko lugu.

Bahasa Jawa Netral

Bahasa Jawa Netral adalah jenis pemilihan kata yang bisa digunakan untuk semua kalangan.

Kosakata netral ini tidak memiliki makna kasar maupun halus, dan bisa digunakan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Contoh kosakata netral antara lain ayu, bagus, sapu, dan lain sebagainya.

Bahasa Jawa Ngoko

Bahasa Jawa Ngoko adalah jenis pemilihan kata yang digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang sudah akrab, kepada orang yang lebih muda, atau orang dengan derajat yang lebih rendah.

Dalam penggunaannya, bahasa Ngoko masih dibagi menjadi bahasa ngoko lugu dan alus.

Bahasa Ngoko lugu biasanya menggunakan campuran bahasa Jawa netral dan Ngoko.

Contoh penggunaan bahasa Ngoko lugu dalam kalimat yaitu:

  • Dimas mulih kerja jam sewelas mbengi.
  • Adik uwis maem apa urung?

Sementara pada Ngoko alus menggunakan campuran bahasa Jawa netral dan krama alus sebagai tanda adanya rasa menghormati meski keduanya setara.

Contoh penggunaan bahasa Ngoko alus dalam kalimat yaitu:

  • Bambang apa wis kondur?
  • Riyan sesut sida tindakan nopo ora, Le?

Bahasa Jawa Krama

Bahasa Jawa Krama adalah jenis pemilihan kata yang digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang lebih tua, memiliki kedudukan lebih tinggi atau belum dikenal sehingga menimbulkan rasa sungkan.

Dalam penggunaannya, bahasa Krama masih dibagi menjadi bahasa Krama lugu dan alus.

Bahasa Krama lugu menggunakan campuran bahasa Jawa netral dan Krama madya yang merupakan tingkatan bahasa yang sopan namun paling rendah.

Contoh penggunaan bahasa Krama lugu dalam kalimat yaitu:

  • Mas Joko, meniko Dik Siti sampun wangsul.
  • Mbak Wasis nopo bade mbekta rambutan?

Sementara Bahasa Krama alus menggunakan campuran bahasa Jawa netral dan Krama inggil dan merupakan tingkatan bahasa yang paling sopan.

Contoh penggunaan bahasa Krama alus dalam kalimat yaitu:

  • Bu Dewi taken menopo Mbak Rika siyos mundhut agemanipun?
  • Pak Bejo ngendika menawi mangke ndalu saget rawuh dateng dalemipun Pak RT.

Sumber:
https://penerbit.brin.go.id  
https://www.kompas.com (Editor : Serafica Gischa)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/03/01/232428778/mengenal-unggah-ungguh-basa-jawa-bahasa-ngoko-dan-bahasa-krama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke