Ia juga berkisah saat masa orde baru, di mana perayaan hari besar bagi masyarakat Tionghoa masih dilarang. Dia dan keluarga tetap membuat kue keranjang, dan dipesan untuk bersembahyang di rumah.
"Sekarang sudah bebas, berbeda kalau dulu. Sekarang Kelenteng dibuka, kalau dulu untuk sembahyang di rumah," kata dia.
Kue keranjang buatanya dicetak dalam berbagai ukuran mulai dari yang terkecil hingga terbesar berukuran kurang lebih 15 cm. Perbedaan ukuran yang dibuat bertujuan agar dapat disusun bertingkat, susun tingkat ini untuk keperluan sembahyang.
"Kalau untuk sembahyang kan disusun bertingkat," katanya.
Baca juga: Hikayat 3 Dewa Keberuntungan Jelang Imlek
Untuk membelinya bukan dalam ukuran satuan tetapi perkilo. Perkilo ia jual dengan harga Rp 46.000. Menurut dia, harga yang dia patok lebih mahal jika dibanding dengan kue keranjang lainnya. Itu disebabkan karena dia masih menjaga keaslian dan kualitas bahan yang dipakai.
Pembeli sudah memesan dari jauh-jauh hari ,bahkan beberapa pelanggan membeli dengan jumlah yang tak sedikit. Pembeli ini sebelumnya sudah melakukan pemesanan baik itu datang secara langsung untuk memesan atau melalui via telepon.
"Ada yang pesan 20 hari sebelum Imlek, ramai saat seminggu sebelum Imlek," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.