KOMPAS.com - Masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai mengenal Sesar Opak sejak kejadian gempa bumi dahsyat yang terjadi pada 27 Mei 2006.
Gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter yang dirasakan di sebagian wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Baca juga: BMKG Menyisir Sesar Opak untuk Mitigasi Potensi Gempa di Yogyakarta
Gempa utama tersebut juga terus diikuti gempa susulan dengan kekuatan lebih kecil.
Kekuatan gempa tersebut merusak ratusan ribu bangunan serta memakan ribuan korban jiwa.
Baca juga: Sesar Kendeng, Sesar Aktif yang Melintang dari Jateng hingga Jatim Sepanjang 300 Kilometer
Kerusakan terparah diketahui berada di lajur yang ada di sekitar aliran Sungai Opak di Dusun Potrobayan, Srihardono, Pundong, Bantul yang kini dikenal dengan Sesar Opak.
Baca juga: Sesar Baribis, Sesar Aktif yang Disebut Berpotensi Memicu Gempa Megathrust
Sesar Opak adalah patahan yang berada di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di sekitar aliran Sungai Opak.
Sesar Opak berarah timur laut-barat daya dengan blok timur relatif bergeser ke utara dan blok barat ke selatan dengan lebar dari zona Sesar Opak ini diperkirakan sekitar 2,5 kilometer (Eko Soebowo, Adrin Tohari, Dwi Sarah, 2007).
Gawir (tebing terjal) yang terbentuk oleh Sesar Opak berada dalam zona fisiografi Pegunungan Selatan (Van Bemmelen, 1949), tepatnya di Lajur Batur Agung.
Sesar Opak menjadi patahan utama yang membatasi Lajur Batur Agung dengan dataran rendah Yogyakarta (Van Bemmelen, 1949; Untung dkk, 1973; Rahardjo dkk, 1995; Sudarno, 1997, dalam Husein dan Srijono, 2009).
Sesar Opak sebelumnya diperkirakan sebagai sesar turun (Van Bemmelen, 1949; Untung dkk, 1973; Rahardjo dkk, 1995, dalam Husein dan Srijono, 2009).
Hal yang sama diungkap Sudarno (1997), dalam penelitiannya mengenai reaktivasi Sesar Opak, menyimpulkan bahwa Sesar Opak merupakan sesar turun hasil dari reaktivasi sesar geser mengiri yang telah ada sebelumnya.
Namun setelah peristiwa gempa Yogyakarta 2006 terjadi, kesimpulan mengenai pergerakan sesar pembentuk gawir tersebut kembali dipertanyakan oleh para peneliti.
Hal ini karena hasil analisis data gempa menunjukkan sesar penyebab gempa merupakan sesar naik dengan komponen geser mengiri (Harvard-CMT, NEIC-FMT, dan NIED, 2006, dalam Tsuji, 2009; Meilano, 2007, dalam Abidin, 2009; Abidin dkk, 2009; Tsuji dkk, 2009).
Sementara dikutip dari Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, zona Sesar Opak membentuk gawir memanjang berarah barat daya-timur laut yang kemudian membelok ke arah timur dan bergabung dengan sistem sesar naik Batur Agung yang sudah tidak aktif lagi.
Keberadaan sesar Opak kemudian menjadi perhatian karena gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 disinyalir terbentuk di sepanjang sesar ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.