Badan Keamanan Rakyat (BKR) kemudian berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945.
Setelahnya, terjadi agresi militer Belanda di mana pasukan yang dipimpinnya sering bertempur untuk mengusir Belanda dari Indonesia.
Sesudah pengakuan kedaulatan, Katamso diserahi tugas untuk menumpas pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah.
Pada 1957, Katamso kembali mengikuti pendidikan Seskoad (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat) di Bandung.
Selesai pendidikan pada tahun 1958, Katamso dipercaya untuk menjabat sebagai Komandan Batalyon "A” Komando Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani dan terlibat dalam usaha memadamkan pemberontakan PRRI/Permesta.
Setelah operasi itu selesai, Katamso kembali diangkat menjadi Asisten Operasi Resimen Tim Pertempuran II Diponegoro di Bukittinggi.
Tahun 1959, ia diangkat menjadi Letnan Kolonel dan di tahun yang sama, Katamso jua diangkat menjadi Kepala Staf Resimen Riau Daratan Kodam III/17 Agustus.
Katamso juga sempat menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Team Tempur I (Tegas) di Riau.
Sebelum gugur, jabatan terakhir Kolonel Katamso adalah sebagai Komandan Korem 072 Kodam VII/Diponegoro yang berkedudukan di Yogyakarta.
Sumber:
ditsmp.kemdikbud.go.id
dpad.jogjaprov.go.id
kompas.com
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.