"Sering diabaikan teman-teman petani misalnya kebun harus diregistrasi, mengikuti SOP. Kalau tidak, ya, tidak bisa. Kemudian harus ada packing house, agar kepastian barang ini siap dikirim," jelas Ade.
Komitmen untuk menggunakan pupuk organik, atau yang ramah lingkungan juga harus dipertahankan.
Menurutnya, Kabupaten Magelang telah mempunyai komoditas Salak yang sudah dikirim ke Kamboja, termasuk juga edamame dan ubi jalar dari Kecamatan Windusari.
Kemudian porang dalam bentuk keripik, kemukus, bahkan bunga hias dari Kecamatan Ngablak sudah rutik ekspor ke beberapa negara Eropa.
"Buah salak tiap minggu kirim hingga 6 ton ke Kamboja, dan ke mal-mal besar di Indonesia. Kalau beras organik pasarnya ke Prancis dan negara-negara Eropa," imbuh Ade.
Adapun produksi beras organik di wilayah ini meningkat dari semula 8.900 ton per tahun (920 hektar) kini mencapai sekitar 15.000 ton per tahun (1.200 hektar).
Sentra terbesar di 4 kecamatan, yakni Bandongan, Sawangan, Dukung dan Grabag.
Sementara itu, anggota DPR RI Komisi IV, Vita Ervina menambahkan, pihaknya berupaya untuk terus mendorong pemerintah melalui Kementerian Pertanian untuk mengoptimalkan grand design pertanian serta peran dan sinergitas antar eselon I sebagai peta jalan untuk mendorong ekspor produk pertanian di Indonesia.
Grand design tersebut memuat tujuan jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan petani secara luas.
Di sisi lain, program ini juga disusun guna memastikan arah pembangunan pertanian agar berjalan dengan target dan tahapan yang jelas.
"Program ini mencakup upaya optimalisasi potensi pertanian, salah satunya melalui pengembangan kawasan dan ditata sedemikian rupa agar mampu menjawab tantangan dan peluang pasar ekspor dunia," jelas Vita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.