Salin Artikel

Daun Pakis dari Gunung Sumbing Magelang Diminati Pasar Jepang dan Australia, Kirim hingga 20 Ton Per Tahun

MAGELANG, KOMPAS.com - Daun pakis (leather leaf fern) merupakan jenis tanaman hias yang memiliki pangsa pasar ekspor cukup tinggi.

Komoditas ini bahkan nyaris tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat, khususnya petani. 

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, Jawa Tengah, Turhadi Noerachman mengungkapkan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah memiliki produsen tanaman pakis yang telah diekspor ke Jepang dan Australia.

"Kabupaten Magelang punya banyak potensi (produk pertanian) yang bisa diekspor, bahkan yang tidak terpikirkan kita yaitu (daun) pakis, sudah diekspor sampai Jepang dan Australia," terang Turhadi, usai menyampaikan Bimbingan Teknis Standart Produk Pertanian Berorientasi Ekspor kepada petani di Wisma Sejahtera Magelang, Jumat (16/9/2022). 

Turhadi menyebutkan, setiap tahun tanaman pakis dari lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang, dikirim ke dua negara tersebut rata-rata mencapai 18-20 ton per tahun, sejak tahun 2020. Saat ini sudah mulai rutin dikirim 1-2 kali setiap bulan.

"Daun pakis ini biasanya untuk hiasan di Jepang. Pengiriman ke negara ekspor tergantung ketersediaan komoditas, mereka mau berapa pun jumlahnya," ujar Turhadi. 

Selain daun pakis, komoditas utama ekspor lainnya adalah buah salak asal Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Permintaan salak mencapai 7-10 ton per minggu. Kemudian, kopi, kentang, porang dan beras organik.

"Magelang itu sentra utama beras organik, untuk Jawa Tengah dan Indonesia. Ada 1.200 hektar (lahan beras organik) itu luar biasa. Produk organik itu sekarang banyak dimintai maka terus kita dorong," jelas Turhadi.

Sementara di Jawa Tengah, ekspor terbanyak yang terpantau di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang di antaranya adalah kacang hijau dari Demak. 

Menurut Turhadi, kurangnya kontinyuitas dan ketersediaan komoditas kerap menjadi kendala petani meningkatkan pangsa pasar hingga luar negeri.

Untuk pasar ekspor, kata dia, membutuhkan persyaratan yang lebih spesifik dari pembeli atau negara tujuan ekspor.

"Misalnya, salak, tidak boleh ada lalat buah. Kalau ada (lalat) pasti ditolak," jelas Turhadi. 

Balai Karantina Pertanian mendorong para petani maupun pengusaha produk pertanian, khususnya pangan dan holtikultura, untuk mengembangkan pasar hingga ekspor.

Namun untuk memasuki pasar ekspor harus memenuhi persyarakatan atau Standar Operational Procedur (SOP) yang telah ditentukan oleh negara tujuan ekspor.

Kepala Bidang Pangan Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kabupaten Magelang, Ade mengungkapkan, para petani atau produsen masih kerap mengabaikan hal-hal penting untuk memasuki pasar ekspor, misanya registrasi kebun dan tidak mengikuti SOP.

"Sering diabaikan teman-teman petani misalnya kebun harus diregistrasi, mengikuti SOP. Kalau tidak, ya, tidak bisa. Kemudian harus ada packing house, agar kepastian barang ini siap dikirim," jelas Ade. 

Komitmen untuk menggunakan pupuk organik, atau yang ramah lingkungan juga harus dipertahankan. 

Menurutnya, Kabupaten Magelang telah mempunyai komoditas Salak yang sudah dikirim ke Kamboja, termasuk juga edamame dan ubi jalar dari Kecamatan Windusari.

Kemudian porang dalam bentuk keripik, kemukus, bahkan bunga hias dari Kecamatan Ngablak sudah rutik ekspor ke beberapa negara Eropa. 

"Buah salak tiap minggu kirim hingga 6 ton ke Kamboja, dan ke mal-mal besar di Indonesia. Kalau beras organik pasarnya ke Prancis dan negara-negara Eropa," imbuh Ade.

Adapun produksi beras organik di wilayah ini meningkat dari semula 8.900 ton per tahun (920 hektar) kini mencapai sekitar 15.000 ton per tahun (1.200 hektar).

Sentra terbesar di 4 kecamatan, yakni Bandongan, Sawangan, Dukung dan Grabag.

Sementara itu, anggota DPR RI Komisi IV, Vita Ervina menambahkan, pihaknya berupaya untuk terus mendorong pemerintah melalui Kementerian Pertanian untuk mengoptimalkan grand design pertanian serta peran dan sinergitas antar eselon I sebagai peta jalan untuk mendorong ekspor produk pertanian di Indonesia. 

Grand design tersebut memuat tujuan jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan petani secara luas.

Di sisi lain, program ini juga disusun guna memastikan arah pembangunan pertanian agar berjalan dengan target dan tahapan yang jelas. 

"Program ini mencakup upaya optimalisasi potensi pertanian, salah satunya melalui pengembangan kawasan dan ditata sedemikian rupa agar mampu menjawab tantangan dan peluang pasar ekspor dunia," jelas Vita. 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/09/17/151641378/daun-pakis-dari-gunung-sumbing-magelang-diminati-pasar-jepang-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke