Selama di Yogyakarta, Pika harus keluar masuk rumah sakit karena kejang masih sering muncul. Seiring berjalanya waktu, kondisi Pika pun mulai menurun.
"Lama-lama kondisinya menurun, menurun. Kondisi seperti itu disebut oleh dokter cerebral palsy," tuturnya.
Baca juga: Berbekal Petunjuk Saung, Polisi Buru Pemilik 10 Hektar Ladang Ganja di Cianjur
Pika saat ini berusia 14 tahun. Kondisi motoriknya yang terganggu membuat tidak lagi bisa melakukan apapun sehingga tergantung kepada kedua orang tuanya.
Santi mengaku saat itu tidak terlalu memikirkan tentang diagnosa dokter. Sebagai seorang Ibu, Santi lebih fokus mengupayakan kesembuhan sang buah hati.
"Waktu itu awam (tentang cerebral palsy), tetapi saat itu saya tidak terlalu memikirkan diagnosa dokter apa. Yang saya konsenkan hanya oke, Pika minum obat, tapi juga tetap terapi," bebernya.
Berbagai upaya dilakukan oleh Santi dan suaminya demi buah hatinya. Selain medis, Santi juga mencoba ke berbagai pengobatan tradisional.
"Wah kalau orang bilang, kayak orang mau promil itu, coba ke sana, coba ke sini, coba makan ini, coba makan itu. Saya juga seperti itu, tapi saya tetap juga ke medis tidak terus menghentikan medis. Pijat ke sana, pijat ke situ, ditipu orang ya perjalanannya seperti itu," imbuhnya.
Santi mengetahui informasi ganja bisa dimanfaatkan untuk medis saat masih bekerja di Bali.
Pada waktu itu, atasannya yang merupakan warga negara asing memberikan informasi tersebut. Di negara atasannya tersebut, ganja medis sudah legal.
"Atasan saya itu orang asing, jadi beliau kan sering keluar masuk Indonesia. Waktu posisi beliau di luar Indonesia, beliau mengirimkan foto botol kepada saya. Beliau bilang, Santi ini kalau di negaraku dipakai untuk obat kejang," ujar Santi.
Santi kemudian melihat foto yang dikirimkan oleh atasannya. Di foto botol tersebut terdapat tulisan cannabis. Mengetahui di Indonesia belum legal, Santi menolak tawaran atasannya yang akan membawakan minyak ganja tersebut.
"Di sini kan belum legal, saya tidak mau," tegasnya.
Baca juga: Kondisi Saung Ladang Ganja di Cianjur, Bangunan 2 Lantai dengan Panel Surya
Saat berada di Yogyakarta, Santi bertemu dengan Dwi Pertiwi yang tidak lain adalah ibu dari almarhum Musa.
Dwi Pertiwi, lanjut Santi, pernah membawa Musa ke Australia untuk terapi medis. Hasilnya kondisi Musa mengalami perkembangan yang baik.
"Musa itu kondisinya lebih berat dari pada Pika CP (cerebral palsy) nya itu tapi kondisinya ada perkembangan yang signifikan, kejangnya banyak berkurang, tidurnya yang sering begadang jadi lebih bagus tidurnya, kekakuan tubuhnya itu melemas," tuturnya.
Santi mengetahui itu setelah bertanya kepada Dwi Pertiwi terapi yang diberikan kepada Musa.
"Dikasih apa tho Bude (Dwi Pertiwi), oh terapi gini, gini. Saya kan nggak bisa dapat di sini, bukan berarti saya mengesampingkan obat medis," tuturnya.
Santi selama ini telah melakukan usaha pengobatan bagi anaknya secara medis yang ada saat ini. Namun, setelah bertahun-tahun tidak terlihat perkembangan yang signifikan terhadap kondisi Pika.
"Saya tujuh tahun lho ngasih obat kejang itu, bukan waktu yang sebentar. Kalau saya sudah ngasih obat itu dan belum ada hasil yang signifikan, kemudian ada sedikit harapan yang bisa saya berikan, saya upayakan ya saya kejar harapan itu," urainya.
Di sisi lain, kondisi ekonomi keluarga Santi, tidak memungkinkan untuk membawa Pika keluar negeri guna menjalani terapi ganja medis.