Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Tiket Naik Candi Borobudur Jadi Rp 750.000, Akademisi: Itu Akal-akalan Saja...

Kompas.com - 05/06/2022, 17:57 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Rencana pemerintah memberlakukan tarif menaiki struktur Candi Borobudur bagi wisatawan domestik sebesar Rp 750.000, menuai kritik dari sejumlah kalangan.

Apalagi Balai Konservasi Borobudur tidak dilibatkan dalam rencana tersebut.

Baca juga: Candi Borobudur: Harga Tiket, Jam Buka, Rute, dan Sejarah

Dari perspektif perlindungan terhadap cagar budaya, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sri Margana, sepakat bahwa "membatasi kunjungan untuk preservasi heritage yang sudah ribuan tahun umurnya itu baik".

Baca juga: Ini Klarifikasi Pengelola Candi Borobudur soal Tiket Masuk Rp 750.000

Pembatasan pengunjung juga perlu karena menurutnya, setiap tahun jumlah wisatawan di Borobudur semakin berjubel di area yang terbatas sehingga pengunjung tidak bisa menikmati kunjungannya dengan nyaman.

Baca juga: Bukan Tiket Masuk Candi Borobudur, Ini Harga yang Naik Jadi Rp 750.000

Akan tetapi, dia tidak sepakat dengan rencana kenaikan harga tiket bagi wisatawan domestik hingga mencapai Rp750.000.

"Membatasi kunjungan dengan cara menaikkan tiket secara ugal-ugalan itu juga akal-akalan saja, mau melindungi obyeknya tetapi tidak mau berkurang penghasilannya," kata pria yang berfokus pada bidang ilmu sejarah dan arkeologi tersebut, dikutip dari BBC Indonesia, edisi 5 Juni 2022.

Ada dua solusi yang dia tawarkan untuk membatasi kunjungan, alih-alih menaikkan harga tiket hingga ratusan ribu rupiah.

"Masih ada cara yang lebih bijak, yaitu dengan membatasi kuota kunjungan, khususnya bagi para pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi lebih dulu," ujar dia.

"Atau mengatur aliran pengunjung sedemikian rupa sehingga tidak merusak heritage. Misalnya membedakan tiket bagi mereka yang ingin naik ke candi atau hanya berkeliling di sekitar candi," paparnya.

Balai Konservasi Borobudur tidak dilibatkan soal rencana harga baru tiket

Kepala Balai Konservasi Borobudur, Wiwit Kasiyati, mengaku pihaknya tidak dilibatkan dalam rencana harga baru tiket naik Candi Borobudur.

"Saya tidak tahu sebenarnya apakah kajiannya sudah ada atau belum. Mestinya ada pembicaraan. Hitungannya bagaimana, kajiannya bagaimana, kami tidak tahu. Kami tidak dilibatkan. Cuma kami menyampaikan dengan adanya pemandu dan sandal [di candi] tentu harganya beda. Tapi harganya naik segitu banyaknya kami tidak tahu," kata Wiwit.

Lepas dari rencana tarif Rp 750.000 untuk wisatawan lokal, Wiwit menekankan bahwa pihaknya ingin meninggalkan konsep turisme massal dan menyasar pariwisata yang berkualitas.

"Itu sudah ibaratnya harus segera dilakukan, harga mati itu. Kalau kita tidak segera lakukan, kerusakan akan semakin meningkat," tegasnya dalam wawancara dengan wartawan Hilman Hamdoni yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

"Ada pengunjung yang meninggalkan vandalisme atau sampah atau makanan yang terbawa. Ada juga permen karet. Ada relief teratai di bawah yang aus karena diinjak-injak pengunjung yang ingin merogoh stupa," katanya lagi.

Balai Konservasi Borobudur sendiri telah melakukan kajian mengenai daya dukung fisik atau physical carrying capacity Candi Borobudur.

Kata Wiwit, kapasitas ideal kunjungan turis ke Borobudur dalam sehari adalah 1.259 orang.

Kunjungan para wisatawan secara ideal harus ditemani dengan pemandu dan memakai sandal khusus agar tidak merusak struktur candi.

Sebelum pandemi, Borobudur pernah dikunjungi hingga 55.000 orang dalam sehari.

Jika pembatasan kunjungan dilakukan, menurutnya, bisa jadi berdampak positif untuk para pedagang di sekitar kawasan Borobudur yang tetap terbuka untuk dikunjungi.

"Konsep kami itu Pembatasan dan Penyebaran. Jadi yang tidak bisa naik ke zona satu (candi) nanti bisa diarahkan berkunjung ke kawasan Borobudur, biar masyarakat bisa mendapatkan kesejahteraan juga. Borobudur menjadi magnetnya. Tapi lampu-lampu kecilnya ada di kawasan," tutup Wiwit.

Terlalu mahal kenaikannya

Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia, Marsis Sutopo, menilai kebijakan kenaikan harga harus dikaji secara mendalam.

"(Pembatasan kunjungan dengan menaikkan harga tiket) itu bagus buat (kelestarian) candi. Karena orang jadi berpikir ulang kalau mau naik candi. Tapi bagaimana dengan masyarakat lokal? Pelaku pariwisata lokal?" ujar dia.

Berita mengenai kenaikan harga tiket itu, menurutnya, bisa jadi membuat wisatawan gentar.

"Wisatawan sudah ditembak dulu dengan psikologi harga, 'harganya mahal ya, mending kita nggak usah ke sana, deh'. Dan ujung-ujungnya yang rugi adalah warga lokal yang menggantungkan ekonominya pada pariwisata di Borobudur," kata Marsis.

Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) Jawa Tengah juga sangat menyayangkan rencana penerapan tarif baru tiket naik kawasan Candi Borobudur.

"Ini terlalu mahal kenaikannya," kata Penasihat Asita Jawa Tengah, Daryono, kepada wartawan di Solo, Fajar Sodiq, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Harga kenaikan tersebut, menurut dia, akan sangat memberatkan untuk para wisatawan lokal.

Tak hanya itu, kenaikan harga tiket juga diprediksi bakal membuat para pelaku usaha perjalanan wisata mengalami kerugian pasalnya para biro wisata telah memesan tiket destinasi wisata untuk konsumen setahun sebelumnya.

Sebelum menaikkan harga tiket, ia meminta kepada pemerintah untuk mengajak bicara dengan para pemangku kepentingan di sektor wisata dan industri.

"Hendaknya semua stakeholder diajak ngomonglah biar bisa kasih masukan-masukan agar tidak merugikan semua pihak, mulai dari turis lokal, biro perjalanan dan lainnya," kata dia.

Sementara itu, salah satu pedagang asongan kacamata di kompleks Candi Borobudur, Rokhani, juga menyayangkan rencana kenaikan tarif tersebut.

Menurutnya kenaikan itu terlalu tinggi dan akan berdampak terhadap penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur.

"Itu kan terlalu mahal dan kami merasa keberatan," keluh perempuan berusia 44 tahun tersebut.

Sedangkan terkait kebijakan tarif tiket pelajar yang tidak mengalami lonjakan tinggi, ia mengaku bahwa keberadaan wisatawan pelajar tidak seperti wisatawan dewasa dalam negeri.

"Kalau untuk siswa kan cuma masa liburan. Sedangkan setiap harinya itu banyak yang domestik dan mancanegara," ujarnya.

Ia pun meminta kepada pemerintah untuk membatalkan rencana tersebut. Pasalnya, saat ini kondisi kunjungan wisatawan Candi Borobudur sudah mulai normal setelah dua tahun terpuruk karena pandemi.

"Ini baru mau bangkit ekonomi para pedagang kecil di Borobudur, terus nanti kalau naik tarifnya bakal sepi dan ekonomi melemah lagi. Dua tahun nggak ada pemasukan selama pandemi," kata dia.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan pemerintah akan membatasi pengunjung Candi Borobudur dan menerapkan tarif baru tiket naik candi bagi wisatawan asing maupun domestik.

Adapun tiket masuk ke kawasan candi akan tetap mengikuti harga yang berlaku.

Menurut Luhut, turis domestik akan dikenai biaya tiket seharga Rp750.000 untuk naik ke candi.

Saat ini, tarif tiket wisatawan lokal dipatok sebesar Rp 50.000 untuk usia di atas 10 tahun.

Lalu anak usia 3-10 tahun dikenakan tarif masuk Rp25.000, dan anak di bawah tiga tahun tidak dikenakan biaya.

Adapun untuk wisatawan mancanegara, lanjut Luhut, bakal dikenakan tarif US$100 atau setara dengan Rp 1.443.000 (kurs Rp 14.400).

Saat ini, wisatawan asing dewasa diharuskan membayar sebesar Rp350.000 dan untuk turis asing anak-anak dikenai biaya Rp210.000.

Sebagai perbandingan, harga tiket masuk Candi Angkor Wat di Kamboja mencapai US$37 (Rp 534.000) untuk satu hari, US$62 (Rp 894.877) untuk tiga hari, serta US$72 (Rp1,04 juta) untuk tujuh hari.

Sementara itu, harga tiket masuk Tembok Raksasa di China bervariasi, mulai dari 25 yuan (Rp 54.000) sampai 65 yuan (Rp 140.861).

Luhut mengaku punya alasan kuat untuk menaikkan harga tiket masuk ke Candi Borobudur yang berada di wilayah Magelang, Jawa Tengah tersebut.

"Langkah ini (naikkan tiket masuk Borobudur) kami lakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara," jelas Luhut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Museum Mini Sisa Hartaku di Yogyakarta: Koleksi, Harga Tiket, dan Jam Buka

Museum Mini Sisa Hartaku di Yogyakarta: Koleksi, Harga Tiket, dan Jam Buka

Yogyakarta
Enggan Komentar soal Pilkada, Pj Walkot Yogyakarta: Saya Sendiko Dawuh

Enggan Komentar soal Pilkada, Pj Walkot Yogyakarta: Saya Sendiko Dawuh

Yogyakarta
Bus Rombongan Halalbihalal Ditabrak Truk di Kulon Progo, Penumpang: Padahal Sejam Lagi Sampai

Bus Rombongan Halalbihalal Ditabrak Truk di Kulon Progo, Penumpang: Padahal Sejam Lagi Sampai

Yogyakarta
Mobil Rumput Adu Banteng dengan 2 Motor, 1 Orang Tewas

Mobil Rumput Adu Banteng dengan 2 Motor, 1 Orang Tewas

Yogyakarta
Pemerintah DIY Pastikan Ganti Penjabat Bupati Kulon Progo dan Wali Kota Yogyakarta

Pemerintah DIY Pastikan Ganti Penjabat Bupati Kulon Progo dan Wali Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Truk Tabrak Bus Rombongan Halalbihalal, 2 Tewas, 10 Luka-luka

Truk Tabrak Bus Rombongan Halalbihalal, 2 Tewas, 10 Luka-luka

Yogyakarta
Anak Amien Rais Ikut Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui DPC PKB Kota Yogyakarta

Anak Amien Rais Ikut Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui DPC PKB Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Polemik UKT di UGM dan Pentingnya Mengawal Kebijakan...

Polemik UKT di UGM dan Pentingnya Mengawal Kebijakan...

Yogyakarta
TPA Regional Piyungan Ditutup, Bantul Klaim Siap Mengelola Sampah

TPA Regional Piyungan Ditutup, Bantul Klaim Siap Mengelola Sampah

Yogyakarta
KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Yogyakarta
Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Yogyakarta
Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting 'Charger' HP

Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting "Charger" HP

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com