Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Radjiman Wedyodiningrat, Dokter Keraton Solo, Salah Satu Pemikir Lahirnya Bangsa Indonesia

Kompas.com - 26/02/2022, 13:00 WIB
William Ciputra

Editor

KOMPAS.com - Dokter Radjiman Wedyodiningrat merupakan salah satu pemikir yang membidani kelahiran bangsa Indonesia.

Status sebagai dokter tidak menghalangi Radjiman Wedyodiningrat untuk berjuang melalui pemikiran-pemikiran untuk kemerdekaan bangsanya.

Radjiman terlibat dalam sejumlah organisasi pergerakan nasional, mulai dari Budi Utomo hingga Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Sebaliknya, aktif dalam organisasi pergerakan nasional tidak membuatnya lalai dalam tugas sebagai dokter.

Radjiman juga bukan dokter sembarangan, dia adalah dokter lulusan Sekolah Dokter Tinggi di Amsterdam dan tercatat sebagai dokter Keraton Solo.

Profil Radjiman Wedyodiningrat

Radjiman Wedyodiningrat lahir di Desa Melati, Kampung Glondongan, Yogyakarta pada tanggal 21 April 1879.

Meski lahir di Yogyakarta, namun Radjiman memiliki darah Gorontalo dari sang ibu. Sedangkan ayahnya bernama Sutodrono.

Sutodrono ini masih tercatat sebagai saudara tokoh nasional Wahidin Sudirohusodo. Dengan demikian, Radjiman terhitung sebagai keponakan Wahidin.

Lahir dari keluarga biasa, membuat Radjiman harus ditempat beratnya kehidupan sejak kecil.

Dalam satu catatan disebutkan Radjiman awalnya hanya mengikuti pelajaran dari luar jendela kelas saat mengantar anak Dokter Wahidin.

Lalu guru Belanda yang iba akhirnya mempersilakan Radjiman untuk masuk kelas dan mengikuti pelajaran.

Radjiman berhasil menyelesaikan pendidikan di Europese Lagere School (ELS) pada tahun 1893.

Radjiman kemudian melanjutkan studi di STOVIA atau Sekolah Dokter Jawa di Batavia, dan berhasil lulus pada tahun 1899.

Sejak saat itu, Radjiman mendapat tugas kedokteran dari pemerintah Hindia Belanda ke beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kota-kota yang pernah menjadi tempat tugas Radjiman antara lain Banyumas, Purworejo, Semarang, Madiun, Sragen, dan Lawang.

Dokter Keraton Solo

Radjiman Wedyodiningrat, sosok dokter dan pahlawan nasional di balik lahirnya Hari Lanjut Usia Nasional. Ia merupakan pemimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang melahirkan rancangan dasar negara Indonesia.DOK. IPPHOS/ANRI Radjiman Wedyodiningrat, sosok dokter dan pahlawan nasional di balik lahirnya Hari Lanjut Usia Nasional. Ia merupakan pemimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang melahirkan rancangan dasar negara Indonesia.
Pada tahun 1905, Radjiman memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai dokter pemerintah Hindia Belanda.

Sebagai gantinya, Radjiman memilih untuk mengabdikan diri sebagai dokter Keraton Solo atau Kasunanan Surakarta yang saat itu dipimpin Pakubuwono X.

Jasa dan pengabdian Radjiman Wedyodiningrat dilingkungan keraton membuat Pakubuwono X memberikan gelar kehormatan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT).

Selain itu, Radjiman juga mendapat kesempatan untuk belajar ke luar negeri dengan dibiayai dari keraton.

Radjiman mengenyam pendidikan di Amsterdam, Belanda dan mendapat gelar Europees Art pada tahun 1910.

Kemudian dia melanjutkan studi di bidang Ilmu Kebidanan di Berlin, Jerman. Lalu kembali ke Amsterdam untuk memperdalam Ilmu Rontgenologie pada tahun 1919.

Berikutnya, Radjiman pindah lagi ke Paris, Prancis untu memperdalamilmu Gudascope Urinoir pada tahun 1931.

Ketua BPUPKI

Radjiman Wedyodiningrat tetap aktif dalam pergerakan nasional di tengah kesibukannya di dunia kedokteran.

Radjiman tercatat sebagai salah satu pendiri Budi Utomo, dan menjadi ketua organisasi itu pada 1914-1915.

Selama periode tahun 1918-1931, Radjiman menjadi anggota Dewan Rakyat atau Volksraad untuk perwakilan Budi Utomo.

Perjuangannya tetap berlanjut meski Tanah Air dikuasai oleh militer Jepang.

Awalnya Radjiman menjadi anggota Dewan Pertimbangan Daerah (Shu Sangi kai) Madiun. Kemudian dia diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi in).

Saat Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat atau Putera, Radjiman ditunjuk untuk menjadi salah satu anggota Majelis Pertimbangan.

Namun situasi pendudukan Jepang mulai melemah seiring dengan situasi Perang Asia Timur Raya yang sudah menghimpit negara itu.

Jepang lantas menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

BPUPKI dibentuk pada akhir Mei 1945, dengan Radjiman Wedyodiningrat sebagai ketuanya.

Melalui BPUPKI yang dipimpin Radjiman inilah para bapak bangsa mendiskusikan tentang dasar negara Indonesia jika merdeka kelak.

Dalam periode BPUPKI ini pula muncul gagasan tentang Pancasila hingga Piagam Jakarta yang menjadi cikal bakal Pembukaan UUD 1945.

Pahlawan Nasional

Kerja BPUPKI lantas diterukan atau dilanjutkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai Soekarno.

Pada akhirnya, bangsa Indonesia berhasil mendapatkan kemerdekaannya sendiri pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah kemerdekaan, Radjiman Wedyodiningrat masih terus memberikan sumbangsih pemikiran kepada bangsa Indonesia.

Radjiman tercatat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Selain itu Radjiman juga menjadi pemimpin sidang DPR pertama saat Indonesia kembali menjadi NKRI dari RIS.

Radjiman Wedyodiningrat meninggal dunia pada 20 September 1952 di Desa Dirgo, Widodaren, Ngawi.

Jenasahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta, berdekatan dengan makam Dokter Wahidin Sudirohusodo.

Dokter KRT Radjiman Wedyodiningrat ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2013.

Sumber:
Kompas.com
IKPNI.or.id

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditinggal Hajatan, Dua Rumah di Gunungkidul Ludes Terbakar, Termasuk Sertifikat dan 20 Gram Emas

Ditinggal Hajatan, Dua Rumah di Gunungkidul Ludes Terbakar, Termasuk Sertifikat dan 20 Gram Emas

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Kembali Komunikasi dengan Warga Piyungan untuk Bangun TPST

Pemkot Yogyakarta Kembali Komunikasi dengan Warga Piyungan untuk Bangun TPST

Yogyakarta
Masih Banyak Jalan Rusak, Pemkab Gunungkidul Ajukan Perbaikan ke Pemerintah Pusat

Masih Banyak Jalan Rusak, Pemkab Gunungkidul Ajukan Perbaikan ke Pemerintah Pusat

Yogyakarta
YIA Jadi Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng dan DIY, Sultan Harap Penerbangan Ditambah

YIA Jadi Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng dan DIY, Sultan Harap Penerbangan Ditambah

Yogyakarta
Soal Pj Kepala Daerah Maju Pilkada, Sultan: Perlu Dipertimbangkan, 'Rasah Kesusu'

Soal Pj Kepala Daerah Maju Pilkada, Sultan: Perlu Dipertimbangkan, "Rasah Kesusu"

Yogyakarta
Hardiknas, Haedar Nashir: Pendidikan Bukan Pabrik Pencipta Robot

Hardiknas, Haedar Nashir: Pendidikan Bukan Pabrik Pencipta Robot

Yogyakarta
Tarif Pariwisata di Bantul Naik mulai 1 Mei, Sekian Besarannya

Tarif Pariwisata di Bantul Naik mulai 1 Mei, Sekian Besarannya

Yogyakarta
PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Yogyakarta, Baru Satu Orang yang Ambil Formulir Pendaftaran

PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Yogyakarta, Baru Satu Orang yang Ambil Formulir Pendaftaran

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Buruh Tuntut Rumah Murah, Kepala Disnakertrans DIY: Kami Komunikasikan

Buruh Tuntut Rumah Murah, Kepala Disnakertrans DIY: Kami Komunikasikan

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Yogyakarta
Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Yogyakarta
Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com