Paku Alam V semakin tenar hingga tersiar lewat surat kabar.
Sumur yang masih ada sampai kini jadi saksi. Sisa kejayaan pabrik nila tampak dari keberadaan sumur dan beberapa sisa bangunan di sana.
Semua berada di eks pabrik di pinggir Jalan Nasional III, Pedukuhan Tambak.
Ada enam sumur kuno dalam area Balai Pengembangan Pembenihan ini. Semuanya masih memiliki struktur tempo dulu, setidaknya terlihat dari dinding sumur yang kokoh.
Koordinator BP3MBTP unit Tambak, Sukirman mengungkapkan, hanya satu sumur yang berfungsi sangat baik. Bahkan satu sumur ini masih aktif di mana airnya dimanfaatkan masyarakat.
Sumur ini dikenal sebagai sumur Drajad. Sumur Drajat memang tidak lagi memiliki dinding mulut sumur, tapi sekelilingnya sudah dihiasi batu kerikil agar tampak lebih asri.
Sumur Drajad memiliki air berlimpah dan bening. Bahkan sewaktu-waktu, masyarakat masih menziarahi sumur itu.
“Masih sering didatangi warga untuk kegiatan khusus,” kata Sukirman.
Selain sumur, ada pula cagak kitiran atau bangunan serupa beteng (pagar).
Dekat dari beteng terdapat sisa bangunan penampung air dengan lubang tempat mengisi air. Sayang kondisi tidak terawat.
Selain itu, ada pula rangka kayu bekas bangunan tradisional diperkirakan sebagai bekas komponen pabrik pengolahan tanaman nila.
Namun, usaha dan bangunan tidak bisa melawan waktu. Pewarna alami saat itu akhirnya kalah dengan pewarna sintesis Jerman, apalagi kalau dikaitkan dengan warna yang lebih tajam dan praktis.
Pewarna alami lalu surut, bahkan berhenti beroperasi, seiring kurangnya air.