Hal tersebut dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka untuk menggempur Portugis pada 1551 dan 1574.
Sehingga tidak berlebihan jika Portugis menyebut sang ratu sebagai Rainha De Jepara "Senora De Rica, yang artinya raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang ratu yang gagah berani melibatkan hampir 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit.
Namun serangan tersebut gagal ketika, prajurit Kalinyamat melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataannya lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Baca juga: Bupati Jepara Rekomendasikan Ratu Kalinyamat untuk Jadi Pahlawan Nasional
Meski begitu, semangat patriotisme ratu tidak luntur dan gentar dalam menghadapi penjajah bangsa Portugis. Dimana, pada abad 16, Portugis sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di dunia.
Pada Oktober 1574 atau 24 tahun kemudian, Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militer yang lebih besar di Malaka.
Ekspedisi militer ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan.
Pengiriman armada kedua ini dipimpin oleh panglima penting kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai "Quilimo".
Walaupun akhirnya, perang berlangsung berbulan-bulan dan tentara Kalinyamat tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Namun, perang berhasil membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan raja Jepara ini. Terbukti dengan bebasnya pulau Jawa dari penjajahan Portugis pada abad 16.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat pemakaman yang disebut Makam Tentara Jawa.
Selain itu, Ratu Kalinyamat sangat berjasa dalam membudayakan seni ukir yang saat ini menjadi andalan ekonomi Jepara, yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Cina.
Baca juga: Tips Merawat Gebyok Kayu Jati, dari Coating sampai Jangan Kena Panas
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan, Jepara, disebelah makam suaminya Pangeran Hadiri.
Karena di masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara merupakan negeri yang makmur, maka penetapan Hari Jadi Jepara mengambil waktu saat ratu dinobatkan sebagai penguasa Jepara, yaitu 10 April 1549. Penetapan hari jadi ini telah ditandai dengan Candra Sengkala Trus Karya Tataning Bumi atau bekerja keras membangun daerah.
Kondisi wilayah geografi Jeparan yang berbatasan dengan laut menjadikan sejumlah tempat wisata menawarkan panorama laut sebagai daya tarik, diantaranya:
1. Pantai Kartini