Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Sistem Penanggalan Jawa, dari Saka ke Kalender Sultan Agungan

Kompas.com - 09/01/2022, 22:31 WIB
William Ciputra

Penulis

KOMPAS.com - Peradaban Jawa tergolong peradaban yang maju. Selain memiliki aksara, Jawa juga memiliki sistem penanggalan yang hingga kini masih digunakan.

Sistem penanggalan Jawa yang ada sekarang merupakan perpaduan dari sistem penanggalan masa lalu yang berdasarkan perputaran matahari, dengan sistem baru yang berdasarkan perputaran bulan.

Adapun sistem penanggalan masa lalu disebut dengan Kalender Saka-Hindu. Sistem penanggalan ini menjadikan putaran matahari sebagai patokan.

Baca juga: Sejarah Penggabungan Tahun Jawa dan Islam

Kalender Saka-Hindu

Kalender Saka-Hindu digunakan masyarakat Jawa sebelum masa Mataram Islam. Sama seperti aksara Jawa, Kalender Saka juga dibumbui dengan legenda tokoh besar bernama Aji Saka. Dari tokoh ini pula nama Kalender Saka diambil.

Dalam praktiknya, Kalender Saka yang sejalan dengan masuknya ajaran Hindu-Budha mengalami proses adaptasi dengan sistem penentuan waktu yang sudah digunakan dan khas Nusantara yang disebut dengan sistem Pawukon.

Meski demikian, hingga saat ini belum ada keterangan valid terkait kapan Kalender Saka mulai digunakan di Nusantara.

Penggunaan Tahun Saka yang dianggap tertua ada pada Prasasti Kedukan Bukit dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 605 Saka atau 683 Masehi.

Sistem Kalender Saka sendiri terdiri dari 12 bulan, yang merujuk pada sistem luni-solar. Perbedaan tahun Saka dan Masehi terpaut 78 tahun.

Kalender Jawa-Islam

Ilustrasi kalender Jawa atau kalender Sultan Agungan, bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di Indonesia.kratonjogja.id Ilustrasi kalender Jawa atau kalender Sultan Agungan, bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di Indonesia.

Masuknya pengaruh Islam ke Nusantara turut mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat. Salah satu yang turut terpengaruh adalah sistem penanggalan Jawa yang dikenal dengan Kalender Jawa Islam.

Kalender Jawa Islam ditetapkan pada masa Mataram Islam, tepatnya saat Sultan Agung Hanyakrakusuma berkuasa (1613-1645). Sultan Agung adalah raja ketiga dari Kerajaan Mataram Islam.

Perubahan dari Kalender Saka kepada Kalender Jawa Islam berangkat dari fakta Kalender Saka yang bersistem putaran matahari (solar) berbeda dengan penanggalan Hijriyah yang menggunakan putaran bulan atau lunar.

Penggunaan Kalender Saka pada tatanan kehidupan masyarakat yang mulai memeluk Islam sangat besar. Misalnya, perayaan adat keraton yang bernapas Islam tidak bisa selaras dengan perayaan hari besar Islam karena perbedaan sistem penanggalan.

Baca juga: Keraton Yogyakarta: Sejarah Berdirinya, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Sementara, sebagai seorang raja yang memeluk Islam, Sultan Agung menghendaki agar perayaan adat keraton bisa selaras dengan perayaan hari besar Islam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

Yogyakarta
Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Yogyakarta
Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Yogyakarta
YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

Yogyakarta
Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Dikabarkan Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot di Partai Golkar, Singgih: Siapa yang Bilang?

Dikabarkan Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot di Partai Golkar, Singgih: Siapa yang Bilang?

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Solo ke Arah Yogyakarta

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Solo ke Arah Yogyakarta

Yogyakarta
Ditinggal Hajatan, Dua Rumah di Gunungkidul Ludes Terbakar, Termasuk Sertifikat dan 20 Gram Emas

Ditinggal Hajatan, Dua Rumah di Gunungkidul Ludes Terbakar, Termasuk Sertifikat dan 20 Gram Emas

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Kembali Komunikasi dengan Warga Piyungan untuk Bangun TPST

Pemkot Yogyakarta Kembali Komunikasi dengan Warga Piyungan untuk Bangun TPST

Yogyakarta
Masih Banyak Jalan Rusak, Pemkab Gunungkidul Ajukan Perbaikan ke Pemerintah Pusat

Masih Banyak Jalan Rusak, Pemkab Gunungkidul Ajukan Perbaikan ke Pemerintah Pusat

Yogyakarta
YIA Jadi Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng dan DIY, Sultan Harap Penerbangan Ditambah

YIA Jadi Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng dan DIY, Sultan Harap Penerbangan Ditambah

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com