Adapun sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan dengan terjadinya letusan besar pada abad ke-19 yaitu tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan serta abad ke-20 yaitu antara tahun 1930-1931 (Newhall, 2000).
Pada erupsi besar pada 14 Juni 2006 yang meluluhlantakkan dusun Kaliadem terjadi perubahan arah letusan ke arah tenggara dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali Gendol.
Selanjutnya letusan besar terjadi kembali pada tahun 2010 setelah sebelumnya pada 25 Oktober 2010 status Gunung Merapi ditetapkan 'Awas' (Level IV).
Pada 26 Oktober 2010 pukul 17:02 WIB terjadi letusan eksplosif disertai dengan awan panas dan dentuman yang kembali menelan korban tewas 353 orang termasuk juru kunci Mbah Maridjan.
Gunung Merapi saat ini masih dalam status SIAGA (Level III) sejak ditetapkan pada 5 November 2021.
Dari tipe letusannya, Gunung Merapi dicirikan oleh magma yang naik ke permukaan dan membentuk kubah lava di tengah kawah secara aktif di sekitar puncak.
Munculnya lava ini akan mempengaruhi lava lama yang menutup aliran sehingga terjadi yang disebut dengan guguran lava.
Lava baru akan membentuk kubah yang bisa mencapai ratusan ribu meter kubik per hari dan cenderung tidak stabil.
Apabila kubah lava ini didorong oleh tekanan gas akan menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi awan panas guguran ke arah lembah sungai yang menjadi ancaman bahaya yang utama dan dikenal warga setempat dengan sebutan Wedhus Gembel.
Dikutip dari Tribun Jogja, ada beberapa mitos tentang Gunung Merapi yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Salah satunya adalah mitos Mbah Petruk yang muncul tiap kali Gunung Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas.
Mbah Petruk seperti memberi peringatan bahaya jika Gunung Merapi akan punya hajat atau sedang 'Nduwe Gawe'.
Menurut cerita rakyat, kemunculan Mbah Petruk akan ditandai dengan suara seperti terompet yang menggambarkan suara dari aktivitas Gunung Merapi.
Menariknya mitos Gunung Merapi yang dipercaya warga tak terlepas dari fakta aktivitas vulkanik di gunung tersebut.
Jalur Pendakian Gunung sempat dibuka namun kembali ditutup melihat aktivitas vulkanik yang meningkat. Jalur pendakian pun ada yang berubah sebagai akibat dari kejadian awan panas guguran maupun banjir lahar.