YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar dialog terbuka bakal calon rektor dengan tema "Mendobrak Kebuntuan Demi UIN Sunan Kalijaga Mendunia".
Salah satu yang disoroti oleh para mahasiswa adalah terkait pemilihan rektor yang tidak transparan dan ditunjuk langsung oleh Menteri Agama.
Baca juga: UIN STS Jambi Beri Pernyataan soal Mahasiswa yang Terlibat Pembunuhan
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Thoriqotur Romadhani mengatakan, aturan pemilihan rektor dipilih langsung oleh Menteri Agama sudah ada sejak 2015.
"Jadi tidak ada keterlibatan dari stakeholder yang ada di kampus artinya ini tergantung menteri, hati dan pikiran dari menteri ini mau milih siapa," ujar Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Thoriqotur Romadhani, saat ditemui di sela-sela acara dialog terbuka di Selasar Multipurpose, Senin (27/5/2024).
Thoriqotur Romadhani menyampaikan, aturan rektor dipilih oleh Menteri Agama sangat berdampak. Sebab, pimpinan sangat memberikan efek yang besar lewat kebijakan-kebijakan.
Dipilihnya rektor oleh menteri dinilai Thoriqotur hanya akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang tidak melihat situasi dan kondisi yang ada.
Namun, kebijakan tersebut hanya sebatas menjalankan instruksi dari menteri yang telah memilihnya. Termasuk soal kebijakan besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT).
"Hari ini UIN Sunan Kalijaga yang dianggap sebagai kampus yang ramah atas UKT yang murah, kampus rakyat, tapi hari ini sudah berbeda tidak lagi, sekarang kampus ini menjadi kampus yang mahal dan milik para pejabat," ucapnya.
Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mahasiswa berharap pemilihan rektor dikembalikan seperti sebelum 2015, di mana pemilihan rektor melibatkan stakeholder kampus.
"Harapan besar untuk dikembalikan seperti semula. Jadi perlu mengembalikan itu kepada yang semestinya, dipilih langsung oleh kita sebagai representasi dari mahasiswa diambil sampel beberapa kayak dulu lagi di sebelum tahun 2015 itu," tandasnya.
Baca juga: UIN Alauddin Makassar Bantah Ikut Program Ferienjob di Jerman
Thoriqotur menilai, pemilihan rektor ini tidak transparan. Selain itu, pemilihan rektor di kampusnya juga hanya formalitas belaka.
"Formalitas dan semena-mena pastinya itu akan menunjuk menunjukkan nepotisme semata ya tergantung siapa orang yang dekat dengan menteri ya itu yang akan dipilih kira-kira begitu," bebernya.
Di dalam dialog terbuka, diundang sebanyak 13 bakal calon rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Namun, tidak satu pun bakal calon yang hadir dalam dialog.
Padahal, lanjut Thoriqotur Romadhani, para mahasiswa ingin berdialog untuk mengetahui soal visi-misi atau gagasan yang akan dibawa ke depan.
"Jadi kami bisa mengawalinya di hari ini kayak proses-proses dialog ini. Kami menanyakan apa saja visi dan misi mereka itu ya di dialog ini seharusnya," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.