YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut sapi yang mati mendadak di Padukuhan Kayoman, Serut, Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, positif antraks.
Kepala DPKP DIY, Hery Sulistyo Hermawan menjelaskan setelah adanya laporan sapi mati mendadak di area tersebut, pihaknya berkomunikasi dengan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, serta Dinas Peternakan di Gunungkidul.
Hal itu untuk mengetahui langkah apa saja yang sudah dilakukan oleh kedua dinas tersebut.
Baca juga: Kasus Antraks di Gunungkidul, Dinkes Ambil Sampel 17 Warga
Setelah itu, DPKP DIY melakukan pemberian obat dan vitamin kepada hewan ternak yang berada di zona merah. Selain itu melelakukan disinfeksi di zona merah atau lokasi ditemukan adanya ternak yang mati.
"Kami juga sudah mengirim logistik berupa obat-obatan, APD sama disinfektan ke Dinas Sleman karena kebetulan yang Gunungkidul masih. Kami kemarin ngirim di Sleman," katamya saat dihubungi, Senin (11/3/2024).
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Balai Besar Veteriner Wates (BBVET) Wates untuk melakukan pemeriksaan sampel darah juga sudah dilakukan. Hasilnya, hewan ternak yang mati di Gunungkidul positif antraks.
"Laporan kemarin yang Gunungkidul sudah keluar positif antraks. Yang di Sleman memamg datanya belum keluar. Kami harus memastikan itu, ternyata sudah keluar positif agar langkah kita jelas," ucap dia.
"Hasil sampel darah di BBVET memang terinfeksi bakteri antraks yang pada tanggal 8 Maret pada sampel seekor sapi limusin milik Pak Suryanto yang di Kayoman Serut Gedangsari," ucap dia.
Rencana pada hari Rabu (13/3/2024) mendatang, DPKP DIY akan mengundang jajaran instansi terkait untuk membahas temuan kasus antraks ini.
"Kita tahu statusnya, tindakan apa yang sudah dilakukan ketika mereka ada wabah itu apa yang sudah dilakukan kita update lagi. Kita perlu menginventarisasi kebutuhannya apa. Apkah masih diperlukan tambahan (apd, obat-obatanan, disinfektan) apakah masih cukup," kata dia.
Sebelumnya, Kepala DPKH Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan, kasus antraks di Gunungkidul diketahui setelah seorang warga Padukuhan Kayoman, Serut, Gedangsari, membawa pulang kambing yang disembelih dari Sleman pada tanggal 24 Februari 2024.
Warga tersebut kemudian sakit, tetapi pihaknya tidak bisa menjawab lebih lanjut penyebabnya. Lalu, pada Kamis (7/3/2024), ternak milik warga tersebut mati dan sempat disembelih.
"Sapi yang disembelih tidak jadi dimakan langsung dikubur, itu kejadian sapi dini hari ya," kata Wibawanti saat dihubungi wartawan Jumat (8/3/2024).
Ada tiga ekor kambing yang sempat dibawa ke tempat saudaranya, tetapi ada dua kambing yang mati. Jadi total ada satu sapi dan dua kambing yang mati pada Kamis (7/3/2024).
Wibawanti mengatakan, pihaknya sudah menyiramkan formalin di lokasi penguburuan dan lokasi pengulitan. Selain itu, memberikan antibiotik dan vitamin kepada hewan ternak yang masih hidup.
"Kita memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tidak keluar dulu (di satu padukuhan)," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.