Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkot Yogyakarta Klaim Program Mbah Dirjo Mampu Olah 50 Ton Sampah Per Hari

Kompas.com - 15/08/2023, 05:04 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksanaan program Mbah Dirjo diklaim dapat mengolah sampah organik di Kota Yogyakarta hingga dengan 50 ton per harinya.

Mbah Dirjo merupakan kependekan dari Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja. Program ini merupakan sebuah gerakan untuk mengajak masyarakat agar mereka mengelola sampah organik melalui biopori. 

Biopori merupakan lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah. Lubang tersebut kemudian diisi dengan sampah organik yang memiliki fungsi sebagai makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan. Ukuran biopori bermacam-macam tergantung kebutuhan. Ada yang panjangnya 15 cm hingga 1 meter.

Baca juga: Aktivitas Bakar Sampah Meningkat, Kualitas Udara di Kota Yogyakarta Memburuk

Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengatakan, sejak awal diluncurkan sampai saat ini, program Mbah Dirjo sudah menciptakan 16.000 biopori di Kota Yogyakarta. Menurutnya 16.000 biopori ini dibuat oleh forum bank sampah, warga Kota Yogyakarta, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan juga Aparatur Sipil Negara (ASN).

“50 ton (hasil evaluasi). Produksi sampah 200 ton per hari,” ujar Singgih ditemui di Balai Kota Yogyakarta, Senin (14/8/2023).

Singgih menjelaskan Pemerintah Kota Yogyakarta kini telah mengupayakan dua langkah pengolahan sampah mulai dari hulu hingga hilir. 

Untuk di hulu penanganan sampah organik dilakukan dengan program Mbah Dirjo. Sedangkan sampah anorganik akan diambil oleh bank sampah. 

Sementara di hilir, Pemkot Yogyakarta sedang berusaha untuk bekerja sama dengan daerah lain untuk pengolahan sampah karena keterbatasan lahan.

"Sekarang hilir dengan kuota 100 ton per hari ke Piyungan (TPA) ini masih kita lanjutkan. Dan berharap nanti ada peningkatan, ada revitalisasi di sana. Dan yang ke Kulon Progo masih ada 15 ton," jelas dia.

Sementara untuk Tempat Pengolahan Sampah, Reduce, Reuse, Recycle, (TPS 3R) Nitikan akan dioptimalkan kapasitasnya dengan mengolah sampah organik dan anorganik sebanyak 10 sampai 15 ton per hari.

“Sisanya kita lakukan mitigasi dengan manaruh ke depo,” kata dia.

Baca juga: Viral Video Sampah Dibakar di Bawah Jembatan Dekat Gembira Loka, Bupati Bantul Menyayangkan

Singgih menambahkan saat ini sudah ada beberapa depo yang dipantau oleh CCTV. Dengan begitu dapat diketahui depo sampah yang kosong atau terisi separuh. Pemantauan ini menjadi patokan bahwa pengolahan sampah di Kota Yogyakarta terkendali.

Diberitakan sebelumnya, segala jurus dikeluarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta untuk mengatasi masalah darurat sampah usai pembatasan kuota di TPA Piyungan. Kali ini, Pemkot Yogyakarta mewajibkan ASNnya menerapkan metode Mbah Dirjo untuk mengatasi sampah organik.

"Seluruh karyawan di Pemkot, termasuk BUMD ini menjadi contoh mbah dirjo ini diterapkan di level rumah tangga mereka. Sekaligus mengedukasi masyarakat tetangganya untuk kemudian bisa bersama-sama mengimplementasikan mbah dirjo," ujar Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo, Jumat (4/8/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Sayangkan Larangan 'Study Tour' di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Sayangkan Larangan "Study Tour" di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Yogyakarta
Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Yogyakarta
 Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Yogyakarta
Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Yogyakarta
Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Yogyakarta
Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com