Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Belatung, Kandang Maggot Jogja Bisa Kelola 1 Ton Sampah Organik Per Hari

Kompas.com - 09/08/2023, 05:14 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pengolahan sampah rumah tangga dapat melalui berbagai metode. Misalnya, untuk pengolahan sampah organik dapat dilakukan dengan budidaya maggot atau belatung.

Maggot adalah larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens dalam bahasa Latin. Maggot dimanfaatkan untuk pakan ikan dan unggas. Budidaya maggot membutuhkan pakan dari sampah organik makanan sisa seperti sayuran, ikan, buah-buahan, telur dan lainnya.

Baca juga: Sampah Menumpuk di Ring Road Selatan Bantul, Diduga dari Luar Daerah

Pengolahan sampah organik dengan biokonversi maggot telah dilakukan di Kelurahan Kricakm Kcematan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Pengolahan sampah organik dengan biokonversi tersebut dilakukan oleh Kandang Maggot Jogja.

Bertempat di Jalan Jambon V RT 061 RW 001 Kricak, Kandang Maggot Jogja telah membuka diri untuk pengolahan sampah organik usai TPA Regional Piyungan ditutup. Namun diprioritaskan sampah organik dari warga di Kelurahan Kricak.

Pengelola Kandang Maggot Jogja, Endang Rohjiani mengatakan, Kandang Maggot Jogja kini baru menampung sekitar 300 kilogram sampah organik dari masyarakat di RW 009 Kricak.

Sebelumnya bisa mengelola sampah organik dari 13 RW di Kricak. Tapi mesin pencacah rusak. Selain itu satu kendaraan roda tiga juga rusak. Sehingga aktivitas pengambilan sampah tidak bisa berjalan baik.

“Kami saat ini baru menggunakan mesin kecil yang kapasitasnya enggak bisa 1 ton per hari. Jadi harapan kami sebetulnya ada bantuan untuk mesin besar dan itu penggeraknya bisa dibenahi sama Tossa (kendaraan pengangkut). Kalau dua hal itu bisa diperbaiki, 1 ton per hari kami siap tampung,” ucap Endang dalam keterangan tertulis, Selasa (8/8/2023).

Dia menjelaskan maggot memiliki siklus 45 hari dari telur. Kemudian bayi telur berusia 5 hari masuk menjadi maggot, di mana serapan sampah organik dimulai. Untuk 10 gram bayi maggot, dalam waktu 18 sampai 21 hari bisa menyerap 50 sampai 80 kilogram.

Hasilnya adalah maggot dengan protein tinggi 51 persen bisa digunakan untuk pakan ayam dan pakan ikan. Panen maggot dari Kandang Maggot Jogja disuplai ke peternak ikan lele dan pabrik pakan ternak. Selain itu dari sisa limbah budidaya maggot juga menghasilkan pupuk kompos.

Baca juga: Bakar Sampah Sembarangan, 12 Hektar Lahan di Sirkuit Pantai Widuri Pemalang Ludes Dilalap Api

Sementara itu Pemerintah Kota Yogyakarta akan memaksimalkan pengolahan sampah organik yang sudah ada di masyarakat selama ini. salah satunya Kandang Maggot Jogja yang dikelola masyarakat secara mandiri selama hampir dua tahun ini.

Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengatakan keberadaan Kandang Maggot Jogja itu merupakan salah satu alternatif untuk pengolahan sampah organik. Pihaknya akan memaksimalkan kemampuan kapasitas Kandang Maggot yang bisa mengelola sampah organik mencapai 1 ton per hari. 

“Saya kira ini merupakan satu alternatif yang sangat luar biasa karena sudah dimulai pengolahan sampah organik dengan cara maggot. Ini ternyata sudah cukup lama dan kapasitasnya juga sangat besar yaitu satu ton per hari,” kata Singgih.

Baca juga: Pilah Sampah Bakal Jadi Syarat Kenaikan Pangkat ASN di Bantul

Oleh sebab itu Pemkot Yogyakarta melalui Kelurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta akan mengupayakan revitalisasi mesin pencacah yang rusak. Termasuk perbaikan kendaraan pengangkut di Kandang Maggot Jogja agar pengolahan bisa maksimal.

“Saya kira ini yang perlu kemudian dilakukan revitalisasi supaya pengolahan sampah yang ada di sini bisa berjalan dengan maksimal. Karena kita tahu Yogya masih darurat sampah. Sehingga ini bisa memberikan manfaat kepada lingkungan, Di sini paling enggak satu ton per hari ini mungkin untuk satu kelurahan. Saya kira bisa menyelesaikan masalah sampah organik di level kelurahan,” jelas Singgih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Beberapa Daerah Larang Study Tour, PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang Study Tour, PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Yogyakarta
 Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Yogyakarta
Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Yogyakarta
Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Yogyakarta
Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Yogyakarta
Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com