YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Fenomena gerhana matahari hibrida terjadi di sebagian besar daerah di Indonesia. Salah satunya DI Yogyakarta, Kamis (20/4/2023).
Dari informasi BRIN, khusus Yogyakarta, gerhana berlangsung sekitar 2 jam 50 menit, dari pukul 09.26.41 WIB hingga pukul 12.16.17 WIB.
Ada tradisi unik yang dilakukan warga Kabupaten Gunungkidul saat terjadi gerhana. Seperti di Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang. Warga memukul lesung atau tempat menumbuk padi.
Baca juga: Fenomena Gerhana Matahari Hibrida di Malang, 67 Persen Matahari Tertutup Bayangan Bulan
Pukulan lesung ini mengeluarkan bunyi-bunyian. Kini, bunyi-bunyian tersebut dimodifikasi dengan nyanyian.
Salah satu warga Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Purwanti Ningsih mengatakan, dari cerita turun temurun, setiap gerhana matahari dan bulan, warga melakukan tradisi memukul lesung.
"Tradisi gejok lesung ini untuk mengusir betarakala agar tidak memakan rembulan atau matahari," kata Purwanti ditemui di Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Kamis.
Baca juga: BMKG Imbau Warga Tak Lihat Gerhana Matahari dengan Mata Telanjang
Dikatakannya, permainan yang dilakukan ibu-ibu ini dilakukan sampai gerhana hilang. Selain itu, tradisi ini juga membawa kebahagiaan bagi warga yang memainkan dan menyaksikannya.
Warga lainnya, Muji Sumarto mengatakan, tradisi ini sudah dilakukan sejak nenek moyang dan dilakukan turun temurun.
"Naluri nenek moyang dulu kalau ada gerhana matahari dan bulan harus kotekan (memukul lesung)," kata Muji.
Dari pengamatan kompas.com di lokasi sejumlah lagu seperti Gunungkidul Handayani, lali janjine, hingga Joko Tingkir. Bahkan ada beberapa ibu-ibu yang menjadi penyanyi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.