Salin Artikel

Gejok Lesung, Tradisi Masyarakat Gunungkidul Menyambut Gerhana Matahari

Dari informasi BRIN, khusus Yogyakarta, gerhana berlangsung sekitar 2 jam 50 menit, dari pukul 09.26.41 WIB hingga pukul 12.16.17 WIB.

Ada tradisi unik yang dilakukan warga Kabupaten Gunungkidul saat terjadi gerhana. Seperti di Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang. Warga memukul lesung atau tempat menumbuk padi.

Pukulan lesung ini mengeluarkan bunyi-bunyian. Kini, bunyi-bunyian tersebut dimodifikasi dengan nyanyian.

Salah satu warga Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Purwanti Ningsih mengatakan, dari cerita turun temurun, setiap gerhana matahari dan bulan, warga melakukan tradisi memukul lesung.

"Tradisi gejok lesung ini untuk mengusir betarakala agar tidak memakan rembulan atau matahari," kata Purwanti ditemui di Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Kamis.

Dikatakannya, permainan yang dilakukan ibu-ibu ini dilakukan sampai gerhana hilang. Selain itu, tradisi ini juga membawa kebahagiaan bagi warga yang memainkan dan menyaksikannya.

Warga lainnya, Muji Sumarto mengatakan, tradisi ini sudah dilakukan sejak nenek moyang dan dilakukan turun temurun.

"Naluri nenek moyang dulu kalau ada gerhana matahari dan bulan harus kotekan (memukul lesung)," kata Muji.

Dari pengamatan kompas.com di lokasi sejumlah lagu seperti Gunungkidul Handayani, lali janjine, hingga Joko Tingkir. Bahkan ada beberapa ibu-ibu yang menjadi penyanyi. 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/04/20/122643778/gejok-lesung-tradisi-masyarakat-gunungkidul-menyambut-gerhana-matahari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke