Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Ngalas Wadas Mendunia, Kini Terancam Punah karena Pertambangan

Kompas.com - 02/09/2022, 12:58 WIB
Bayu Apriliano,
Khairina

Tim Redaksi

Kopi Ngalas Wadas produksi UMKM desa Wadas Kabupaten Purworejo dikenalkan dalam acara Feminist Convening On Food Sovereignty di Bangkok, Thailand.KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO Kopi Ngalas Wadas produksi UMKM desa Wadas Kabupaten Purworejo dikenalkan dalam acara Feminist Convening On Food Sovereignty di Bangkok, Thailand.
Kopi Ngalas Wadas produksi UMKM desa Wadas Kabupaten Purworejo dikenalkan dalam acara Feminist Convening On Food Sovereignty di Bangkok, Thailand.KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO Kopi Ngalas Wadas produksi UMKM desa Wadas Kabupaten Purworejo dikenalkan dalam acara Feminist Convening On Food Sovereignty di Bangkok, Thailand.

PURWOREJO, KOMPAS.com- Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah memang terkenal akan hasil alamnya seperti kopi, jahe, kemukus dan lain sebagainya.

Bahkan kopi hasil pertanian Desa Wadas makin mendunia setelah diperkenalkan dalam acara Feminist Convening On Food Sovereignty di Bangkok, Thailand.

Feminist Convening On Food Sovereignty diketahui adalah pertemuan para penggiat feminisme yang berkonsentrasi terhadap kedaulatan pangan.

Baca juga: Berjualan dengan Sepeda Motor Antik, Ihsan Kenalkan Kopi Premium Garut

 

Kopi Ngalas Wadas diangkat karena mayoritas petani kopi di Desa Wadas adalah perempuan.

Kopi olahan masyarakat Wadas dengan merk "Coffe Ngalas Wadas" ini dipamerkan dalam acara yang diselenggarakan oleh Asia Pasific Forum on Woman Law and Development (APWLD) pada Kamis (1/9/2022).

Salah satu Warga wadas, Siswanto mengatakan, UMKM Desa Wadas dengan produk kopi ini sengaja memakai nama "Ngalas" yang berarti hutan.

Baca juga: Lomba Minum Kopi Hitam Meriahkan Peringatan HUT ke-77 RI di Banda Aceh

 

Hal ini juga bertujuan untuk memperjuangkan Hutan Wadas yang kini terancam tambang.

"Kopi Ngalas Wadas artinya kopi yang berasal dari Hutan Wadas. Kopi yang berjenis robusta tumbuh subur di hutan Desa Wadas berdampingan dengan tanaman lainnya," kata Siswanto.

Kopi di Desa Wadas dibudidayakan turun temurun dari nenek moyang hingga anak cucunya hingga saat ini dengan cara tradisional dengan prinsip lestari.

Produk UMKM kopi dari desa ini juga sudah banyak dikenal oleh masyarakat.

Penjualan produk UMKM Kopi Ngalas Wadas sudah menjangkau pasar yang luas sampai ke luar Kabupaten Purworejo Jawa Tengah seperti Yogyakarta, Solo, Magelang dan beberapa kabupaten sekitar Purworejo.

Siswanto menyebut, produk UMKM kopi di Desa Wadas terancam hilang karena lahan yang ada di desanya terdampak oleh pertambangan.

Sumber utama penghasil kopi di desa tersebut sebagian besar berada di lahan yang akan dijadikan tambang batuan andesit.

"Keberadaan Kopi Ngalas Wadas terancam punah seiring dengan rencana pertambangan quarry di hutan bukit Desa Wadas," katanya.

Hancurnya hutan di Wadas berarti hancur juga sumber kehidupan perempuan petani kopi Desa Wadas.

Kopi Ngalas Wadas saat ini sedang bertahan di tengah gempuran rencana pertambangan batuan andesit untuk konstruksi pembangunan Bendungan Bener.

"Kita menyayangkan produk UMKM kita akan hilang karena tambang," katanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Buka Penjaringan Bacawalkot Yogyakarta, Ini Kriterianya...

PDI-P Buka Penjaringan Bacawalkot Yogyakarta, Ini Kriterianya...

Yogyakarta
Jenazah Tanpa Identitas Bertato Kepala Naga Terdampar di Pantai Imorenggo

Jenazah Tanpa Identitas Bertato Kepala Naga Terdampar di Pantai Imorenggo

Yogyakarta
Ikut Penjaringan di Golkar, Pj Wali Kota Yogyakarta Segera Dipanggil Pemprov DIY

Ikut Penjaringan di Golkar, Pj Wali Kota Yogyakarta Segera Dipanggil Pemprov DIY

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Bakal Miliki 'Coworking Space' dan 'Coffee Shop'

Museum Benteng Vredeburg Bakal Miliki "Coworking Space" dan "Coffee Shop"

Yogyakarta
Pj Wali Kota Yogyakarta Dilaporkan ke Gubernur DIY dan Mendagri, Ini Penyebabnya

Pj Wali Kota Yogyakarta Dilaporkan ke Gubernur DIY dan Mendagri, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Jelang Laga Indonesia Vs Uzbekistan, Persewaan Proyektor di Gunungkidul Kebanjiran Order

Jelang Laga Indonesia Vs Uzbekistan, Persewaan Proyektor di Gunungkidul Kebanjiran Order

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Jatuh ke Jurang Saat Cari Lobster di Gunungkidul, Pria Asal Lampung Tewas

Jatuh ke Jurang Saat Cari Lobster di Gunungkidul, Pria Asal Lampung Tewas

Yogyakarta
Penyair Joko Pinurbo Dimakamkan di Sleman, Karyanya Terus Abadi

Penyair Joko Pinurbo Dimakamkan di Sleman, Karyanya Terus Abadi

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Gibran Bantah Gabung ke Partai Golkar

Gibran Bantah Gabung ke Partai Golkar

Yogyakarta
Nonton Ruwatan Gelaran Wayang Kulit Bareng Gibran, Apa Kata Yusril?

Nonton Ruwatan Gelaran Wayang Kulit Bareng Gibran, Apa Kata Yusril?

Yogyakarta
Penyair Joko Pinurbo Meninggal, Butet: Kehilangan Sedulur Sinorowedi

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, Butet: Kehilangan Sedulur Sinorowedi

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com