Bagi warga, gunungan jadi simbol berkah dan keberuntungan. Karena itu, ngalap berkah atau memperebutkannya menjadi saat yang paling ditunggu.
Semua diawali dengan doa, lalu warga menyerbu gunungan mengambil isi gunungan.
“Saya mengambil terong sama nasi sama pete. Soalnya yang lain tidak kebagian. Saya berharap, rezeki lancar dan (bahan baku) tidak larang (tidak mahal)," kata Waltinem (52) dari Desa Karangsari.
Baca juga: Tradisi Nyadran: Sejarah, Makna, dan Ragam Kegiatan
Ia menunjukkan semua bahan makanan itu dijejali dalam satu tas jinjing. Termasuk nasi tumpeng yang tadi sempat diraupnya dengan tangan.
Waltinem, penjual panganan berbahan ayam kampung yang dimasak Ingkung dan rica-rica. Ia masih jualan di rumah, belum berani membuka outlet atau warung.
Kehadirannya di nyadran dengan harapan usahanya lancar dan semakin besar di masa depan.
“Masih di rumah, belum berani ke luar dan masih jualan di rumah saja," kata Waltinem.
Tradisi nyadran yang dilaksanakan setiap tahunnya merupakan salah satu cara melestarikan budaya Jawa pemersatu masyarakat Jawa yang dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa.
Baca juga: Saat Patung Dewa-Dewi di Magelang Dimandikan Jelang Imlek...
Nyadran bagi masyarakat merupakan doa pada leluhur dan bagi mereka yang sudah mendahului. Mereka mengingat leluhur dan mendoakannya pada bulan Ruwah.
Upacara dan tradisi di dalamnya diyakini mampu menunjang kebudayaan bangsa, membangun rasa toleransi, membangun akhlak mulia, dan berkarya.
Di sisi lain, nyadran juga jadi sarana mempertemukan masyarakat untuk membangun rasa persaudaraan dan budaya yang diteruskan pada generasi berikutnya, tanpa membeda-bedakan agama dan kepercayaan terhadap keindahan budaya.
Nyadran sekaligus mengajak seluruh masyarakat mampu menjaga hubungan baik antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
“Seperti seolah mengingat kembali ada persaudaraan yang harus direkatkan,” kata Eko Pranyoto, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo, setelah acara Nyadran Agung usai.
Baca juga: Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul Mulai Shalat Tarawih
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.