Sistem ini tidak memerlukan listrik untuk memompa air bersih sampai permukaan. Turbin digerakkan oleh air itu sendiri.
"Sejak badai cempaka (2017) sampai sekarang kan nggak dioperasionalkan. Jadi semua perlu dicek ulang. Waktu kita kajian, kita dibantu oleh marinir," kata dia.
Wardani mengatakan, sistem bendungan seperti ini satu-satunya di dunia.
"Bribin II dengan sistem ini mungkin satu-satunya di dunia. Kita harus masuk dulu ke dalam sungai bawah tanah yang kedalamannya 104 meter," kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PDAM Tirta Handayani, Toto Sugiharto, berharap Bribin II bisa segera diperbaiki. Sebab, Bribin II digunakan untuk mengairi kawasan Tepus, Rongkop, dan Girisubo.
"Tiga Kapanewon ini awalnya menggunakan dua sumber yakni Bribin (I) dan Sindon (Bribin II), namun sejak badai cempaka 2017 hanya tinggal satu yakni Bribin," kata Toto.
Dia mengatakan, satu sumber dengan 100 liter per detik dari Bribin I digunakan untuk sekitar 13.500 pelanggan sehingga saat ini minus produksi dengan kebutuhan. Hal ini menyebabkan ada penggiliran dalam distribusinya.
Adapun produksi 100 liter per detik hanya mampu untuk 10.000 pelanggan, dan harapannya jika nantinya dioperasikan, Bribin II bisa menghasilkan 40 liter per detik.
"Kalau dalam literatur ini (Bribin II) kapasitasnya 800 liter per detik, kalau di sini diambil 40 liter per detik masih cukup," kata Toto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.