Salin Artikel

Rusak sejak 2017, Bendungan Bawah Tanah Satu-satunya di Dunia Akan Diperbaiki

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) berupaya mendesain ulang bendungan bawah tanah satu-satunya di dunia yang terletak di Bribin II atau Sindon di Kalurahan Dadapayu, Semanu.

Sejak badai cempaka pada 2017, bendungan ini rusak dan tidak bisa melayani masyarakat.

Perbaikannya diperkirakan memerlukan anggaran Rp 45 miliar.

Jika nantinya berfungsi kembali, bendungan ini akan disalurkan untuk warga di tiga Kapanewon Gunungkidul.

Dari pengamatan Kompas.com di Bribin II, Bupati dan perwakilan dari BBWSO turun di bendungan dengan kedalaman 104 meter. Mereka memantau kerusakan bendungan yang ada di dalam tanah itu.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan, saat ini sedang melakukan proses redesain untuk revitalisasi oleh BBWSO.

Dari pengamatannya di dalam bendungan, terjadi kerusakan yang cukup banyak.

"Kerusakan di sana luar biasa," kata Sunaryanta saat ditemui di Bribin II, Selasa (28/11/2023).

Sunaryanta mengatakan, kerusakan bendungan bawah tanah itu antara lain sambungan utama patah dan sejumlah alat yang ada di dalam bendungan rusak karena air.

Pihaknya berkoordinasi dengan BBWSO untuk perbaikan, dan nantinya diajukan ke pemerintah pusat.

"Saya akan ke Jakarta, salah satunya untuk ini (rencana perbaikan bendungan), mudah-mudahan nanti bisa dilakukan. Bisa berfungsi seperti semula. Nantinya jika berfungsi bisa untuk digunakan tiga Kapanewon, yakni Girisubo, Rongkop, dan Semanu. Ini debitnya besar," kata Sunaryanta.

Sementara itu, Satker OP SDA BBWSO Wardani mengatakan, saat ini pihaknya sudah meninjau desain dan berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia.

"Dari hasil review desain, total (dana yang dibutuhkan) Rp 45 miliar," kata Wardani.

Wardani mengatakan, akibat badai cempaka 2017, salah satu kerusakan yang parah adalah jalur utama tidak berfungsi lagi.

Untuk diketahui, bendungan bawah tanah yang berada di kedalaman 104 meter ini menggunakan sistem microhydro untuk mengangkat air ke permukaan tanah.

Sistem ini tidak memerlukan listrik untuk memompa air bersih sampai permukaan. Turbin digerakkan oleh air itu sendiri.

"Sejak badai cempaka (2017) sampai sekarang kan nggak dioperasionalkan. Jadi semua perlu dicek ulang. Waktu kita kajian, kita dibantu oleh marinir," kata dia.

Wardani mengatakan, sistem bendungan seperti ini satu-satunya di dunia.

"Bribin II dengan sistem ini mungkin satu-satunya di dunia. Kita harus masuk dulu ke dalam sungai bawah tanah yang kedalamannya 104 meter," kata dia.

Sementara itu, Direktur Utama PDAM Tirta Handayani, Toto Sugiharto, berharap Bribin II bisa segera diperbaiki. Sebab, Bribin II digunakan untuk mengairi kawasan Tepus, Rongkop, dan Girisubo.

"Tiga Kapanewon ini awalnya menggunakan dua sumber yakni Bribin (I) dan Sindon (Bribin II), namun sejak badai cempaka 2017 hanya tinggal satu yakni Bribin," kata Toto.

Dia mengatakan, satu sumber dengan 100 liter per detik dari Bribin I digunakan untuk sekitar 13.500 pelanggan sehingga saat ini minus produksi dengan kebutuhan. Hal ini menyebabkan ada penggiliran dalam distribusinya.

Adapun produksi 100 liter per detik hanya mampu untuk 10.000 pelanggan, dan harapannya jika nantinya dioperasikan, Bribin II bisa menghasilkan 40 liter per detik.

"Kalau dalam literatur ini (Bribin II) kapasitasnya 800 liter per detik, kalau di sini diambil 40 liter per detik masih cukup," kata Toto. 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/11/28/153000178/rusak-sejak-2017-bendungan-bawah-tanah-satu-satunya-di-dunia-akan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke