Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Beras Melejit, Pedagang Angkringan di Yogyakarta Menjerit

Kompas.com - 12/10/2023, 15:14 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Harga beras yang mencapai Rp 15.000 per kg dikeluhkan oleh pedagang angkringan di Jalan Gondosuli, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Penjual Angkringan, Purwanto (64) mengatakan, kenaikan harga beras dan komoditi lainnya membuat dagangannya sepi. Ia mengaku sekarang ini sulit sekali untuk berjualan. 

Dia mengatakan tidak berani untuk menaikkan harga dagangannya.

Sak niki opo-opo mundak (sekarang apa-apa naik), sangat berpengaruh. Dijual susah, enggak ada (kenaikan harga) susahnya di situ,” ujarnya saat ditemui, Kamis (12/20/2023).

Baca juga: Harga Beras di Yogya Tak Kunjung Turun, Penjual Harus Tunggu Kiriman 3 Hari

Dia berharap pemerintah dapat segera menstabilkan harga beras. Sebab, kenaikan harga beras ini sangat berdampak kepada usahanya.

Selain itu, dia juga tidak berani untuk mengecilkan porsi nasi kucingnya. Pasalnya, jika hal itu dilakukan maka pelanggannya akan mengeluh. 

“Kalau dikecilkan yang beli mengeluh, saya tetap segini. Satu bungkus Rp 4.000, saya pakai beras jenis C-4 yang harga Rp 14.000 sampai Rp 15.000,” kata dia.

Untuk mendapatkan untung, dia harus jeli dalam membeli bahan pokok. Purwanto berusaha mencari penjual bahan pokok yang mematok harga lebih murah.

“Kalau belanja cari yang agak miring harganya dengan mutu yang sama,” ucap dia.

Misalnya, untuk beras yang dijual Rp 15.000 sampai RP 16.000, dia mencari harga Rp 14.000 dengan jenis yang sama.

Sementara untuk gula pasir juga demikian. Jika ada yang menjual Rp 15.000 per kg, dia memilih yang harga Rp 13.700.

“Minyak ada yang jual Rp 15.000 saya carinya yang harga Rp 14.700, yang agak miring dikit, jangan terlalu ke atas kalau saya. Nasi dan gorengan kan saya buat sendiri,” ucapnya.

Selain mencari bahan pokok dengan harga yang lebih miring, dia mencari untung dari jualan lain seperti dari minuman.

“Kalau es (minuman) pas banter (kencang) dapat untungnya di situ. Kalau dari nasi itu untungnya nol,” kata dia.

Hal serupa juga dirasakan oleh penjual angkringan lainnya, Sri. Perempuan yang setiap harinya berjualan di Jalan Gondosuli ini harus pintar-pintar mencari celah agar bisa mendapatkan untung dari jualannya.

Baca juga: Khofifah Ungkap Penyebab Kenaikan Harga Beras di Jatim

Cara dia mencari untung adalah dengan membeli beras langsung kepada produsen beras melalui tetangganya. Sehingga harga yang didapat lebih murah dibandingkan dengan membeli di pasar.

“Cuma bisa bertahan aja, enggak bisa menaikkan. Harga nasi harganya kan cuma Rp 2.500, kalau mau naik Rp 3.000 gak bisa. Gorengan juga buat sendiri, beras pakai C4 yang Rp 15.000,” kata dia.

“Berasnya dari desa pesan dari tetangga, dia kulak di dusun langsung ke sana. Lebih murah sekarang dapatnya RP 14.000,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Yogyakarta
Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Sayangkan Larangan 'Study Tour' di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Sayangkan Larangan "Study Tour" di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Yogyakarta
Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Yogyakarta
 Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Yogyakarta
Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Yogyakarta
Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Yogyakarta
Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com