Djoko Pekik pun menjelaskan bahwa celeng banyak ditemui di daerah asalnya di Purwodadi, Jawa Tengah. Celeng dia gunakan menggambarkan simbol keserakahan dan kerakusan.
“Saya jawab cara bodoh, saya ingat pelajaran Bahasa Indonesia, arti kiasan itu misalnya raja alim, raja disembah, raja lalim raja disanggah. Jadi raja takhta untuk rakyat apa artinya kalau jadi raja lalim ya bisa disanggah rakyat, saya bilang begitu,” kata dia.
Tak hanya lukisan yang menyoroti kondisi politik, Djoko Pekik juga menuangkan kepekaan sosialnya dalam lukisan "Keretaku Tak Berhenti Lama".
Lukisan tersebut bercerita tentang solidaritas antarkaum buruh.
“Keretaku tak berhenti lama. Kalau berhenti lama, saya bisa dipecat atasan. Saya itu artinya solidaritas sama teman yang tidak punya duit. Intinya solidaritas membantu buruh yang kesulitan,” kata Djoko Pekik, dikutip dari wawancara di program Beginu, Maret 2022.
Djoko Pekik juga bercerita mengenai 25 lukisan bertema "Gelombang Masker" yang ia lahirkan ketika pandemi Covid-19.
Baca juga: Maestro Lukis Djoko Pekik Meninggal Dunia
Puluhan lukisannya itu dibuat di tengah situasi mencekam ketika setiap hari muncul kabar kematian akibat virus corona.
"Saya melukis dengan tangan gemetar, jangan-jangan besok saya yang mati, sebelum saya mati, saya harus melukis," katanya. Sebanyak 25 lukisannya kemudian dipamerkan pada Maret 2022.
Menjawab makna dengan sederhana adalah cara Djoko Pekik untuk bertahan bersuara melalui lukisan-lukisannya.
“Saya ini bodoh ditanya masih sluman, slumun, slamet, harus cari selamat. Kalau terang-terangan, saya diseret,” kata dia dalam wawancara pada program Beginu saat itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.