Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta untuk Kontemplasi

Kompas.com - 19/07/2023, 22:37 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tradisi mubeng (keliling) beteng menyambut pergantian Tahun 1445 Hijriah digelar pihak Keraton Yogyakarta.

Tradisi ini merupakan bentuk kontemplasi manusia selama 1 tahun ke belakang.

"Jadi, sebenarnya inti utama dari mubeng beteng ini bukan perjalanan mubengnya. Tapi, lebih kepada makna dan nilainya untuk melakukan perenungan kemudian kontemplasi dan memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk perjalanan 1 tahun ke depan," ujar Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Dian Laksmi Pratiwi, saat ditemui di Keraton Yogyakarta, pada Rabu (19/7/2023).

Dian menambahkan, tradisi mubeng beteng ini sempat ditiadakan saat masa pandemi Covid-19.

Baca juga: Sungai Kaligarang Semarang, Dulu Tempat Persembunyian Presiden Soeharto, Kini Jadi Tempat Berendam Setiap Malam 1 Suro

Saat pandemi, mubeng beteng diganti dengan mocopatan dan doa bersama di Keraton Yogyakarta.

Pada tahun ini, setelah pemerintah mencabut status pandemi, mubeng beteng kembali diadakan. Hal ini, sebagai bentuk pelestarian kebudayaan di DIY.

"Jadi tradisi mubeng beteng ini juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari DIY oleh Kemendikbudristek, jadi aksi-aksi yang memang harus kita lakukan untuk melaporkan bahwa karya budaya ini juga masih tetap lestari itu kita lakukan," ujar dia.

Mubeng beteng dilakukan pada pukul 24.00. Saat berjalan peserta mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara. 

"Abdi dalem biasanya melepas kerisnya, dan tanpa sandal gitu ya, dia berjalan karena ingin merasakan sense alam dan Tuhan di dalam perjalanan yang disimboliskan ritualnya itu," ujar Dian.

 

Mubeng beteng dilakukan dengan berlawanan jarum jam dengan jarak tempuh kurang lebih 5 kilometer.

"Biasanya masyarakat, kalau Jogja itu ambilnya muter beteng Keraton jadi sekitar 5 kilometer," kata dia.

Baca juga: Polisi Dalami Dugaan Pelanggaran Truk dalam Tabrakan KA Brantas di Semarang

Pantauan Kompas.com pada pukul 21.30, masyarakat sudah mulai memadati area Keraton Yogyakarta. Mereka berbondong-bondong bersama keluarga datang.

Banyak dari masyarakat yang mengabadikan prosesi macapatan, yang dilakukan sebelum mubeng beteng dimulai.

Ardi, warga Kota Yogyakarta mengatakan dirinya datang ke Keraton Yogyakarta untuk menyaksikan dari awal prosesi sampai mubeng beteng, karena sudah 3 tahun mubeng beteng dihentikan karena pandemi Covid-19.

"Hari ini datang sama keluarga, soalnya sudah 3 tahun dihentikan. Jadi pengen melihat prosesinya lagi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Yogyakarta
 Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Yogyakarta
Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Yogyakarta
Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Yogyakarta
Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Yogyakarta
Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com