Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BMKG: Indonesia Keluar dari 10 Besar Negara Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca

Kompas.com - 09/06/2023, 16:33 WIB
Wijaya Kusuma,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia tidak lagi masuk daftar 10 besar negara penyumbang emisi gas rumah kaca.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam diskusi temu bisnis dan forum investigasi dengan tajuk "Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim" di University Club UGM, Jumat (9/6/2023).

Kepastian tersebut didapatkan Dwikorita setelah adanya hasil pemantauan dari alat global greenhouse watch yang menonitor gas rumah kaca.

"Ternyata emisi kita di bawah rata-rata global," ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis Humas UGM, Jumat.

Baca juga: Kaesang Ingin Maju Pilkada Sleman, DPD PDI-P DI Yogyakarta: Ada Syarat yang Harus Dipenuhi jika Maju Lewat PDI-P

Dwikorita menyampaikan, sebelumnya, Indonesia masuk 10 besar penyumbang emisi gas rumah kaca. Namun, saat ini Indonesia sudah keluar dari 10 besar.

"Sebelumnya kita masuk 10 besar penghasil rumah kaca di dunia dan ini tidak bagus. Dengan adanya global ini, ternyata rata-rata emisi gas rumah kaca di bawah global sehingga keluar dari 10 besar penghasil gas rumah kaca," ujar dia.

Dwikorita menuturkan, adanya pemasangan alat pemantau emisi gas rumah kaca semakin bisa mengontrol emisi gas rumah kaca di Indonesia.

Dwikorita mengungkapkan, ada global greenhouse watch yang dipasang di seluruh dunia.

"Alat ini sebagai pengawas atmosfer global. Satu di antaranya ada di BMKG," urai dia.

Alat tersebut memonitor gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global.

"Kami diharapkan nantinya bisa memahami secara mendalam di mana sumber gas rumah kaca di tingkat lokal. Saya kira perlu keterlibatan perguruan tinggi untuk memantau dan menganalisis," ujar dia.

 

Di dalam pemaparannya, Dwikorita menjelaskan emisi gas rumah kaca terdiri atas senyawa co2, ch4 dan N20 di mana memiliki kecenderungan meningkat dalam beberapa dekade terakhir.

Kekeringan akibat pemanasan global dengan kenaikan suhu bumi 1-2 derajat celcius telah mengakibatkan bencana kekeringan dan banjir di belahan dunia. 

Baca juga: Mengaku Jadi Korban Penganiayaan, Pria di Yogyakarta Ingin Dapat Perhatian

"Tidak hanya kekeringan, kondisi ketersediaan sumber daya air makin rendah baik di negara maju maupun negara berkembang. Lalu adanya ancaman ketahanan pangan global, krisis pangan semakin menguat dan merata. Diprediksi oleh FAO pada tahun 2050 sekitar 500 juta petani yang menghasilkan 80 persen produk pangan global akan kena dampak, kelaparan di mana-mana, nanti tidak ada negara yang bisa saling menolong, karena kekurangan pangan masing-masing," ucap dia.

Dampak perubahan iklim ini menurut Dwikorita kian nyata sehingga bisa mengganggu kestabilan ekonomi dan politik dunia, bukan hanya dampak pandemi dan perang.

Karenanya perlu dilakukan mitigasi untuk memantau buangan emisi gas rumah kaca dan mitigasi perubahan iklim agar dampak pemanasan global bisa dikurangi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Yogyakarta 2024 Dipastikan Tanpa Calon Independen

Pilkada Yogyakarta 2024 Dipastikan Tanpa Calon Independen

Yogyakarta
Disdikpora Kota Yogyakarta Keluarkan 'SOP Study Tour', Apa Saja Isinya?

Disdikpora Kota Yogyakarta Keluarkan "SOP Study Tour", Apa Saja Isinya?

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 14 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 14 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 14 Mei 2024, dan Besok: Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 14 Mei 2024, dan Besok: Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Bayi Laki-laki Ditemukan di Area Persawahan Sleman, Ketahuan Saat Motor Warga Mogok

Bayi Laki-laki Ditemukan di Area Persawahan Sleman, Ketahuan Saat Motor Warga Mogok

Yogyakarta
Dugaan Tawuran Pelajar di Umbulharjo Yogyakarta, Satu Orang Tercebur ke Sungai

Dugaan Tawuran Pelajar di Umbulharjo Yogyakarta, Satu Orang Tercebur ke Sungai

Yogyakarta
Mensos Risma Janji Bantu Eks Napiter yang Ingin Buka Usaha, tapi Bentuknya Bukan Uang Tunai

Mensos Risma Janji Bantu Eks Napiter yang Ingin Buka Usaha, tapi Bentuknya Bukan Uang Tunai

Yogyakarta
Istimewa, Ini Makna dan Filosofi 10 Pohon di Keraton Yogyakarta

Istimewa, Ini Makna dan Filosofi 10 Pohon di Keraton Yogyakarta

Yogyakarta
Cara Daftar Program Istura untuk Berkunjung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta

Cara Daftar Program Istura untuk Berkunjung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta

Yogyakarta
7 Siswa yang Diduga Tawuran di Umbulharjo Yogyakarta Ditangkap, Obat dan Gir Disita

7 Siswa yang Diduga Tawuran di Umbulharjo Yogyakarta Ditangkap, Obat dan Gir Disita

Yogyakarta
Buang Muatan Sampah di Pinggir Jalan Bantul, Sopir Diminta Angkut Lagi Buangannya

Buang Muatan Sampah di Pinggir Jalan Bantul, Sopir Diminta Angkut Lagi Buangannya

Yogyakarta
Terperosok Lubang, Maling Ayam di Yogyakarta Ditangkap Warga

Terperosok Lubang, Maling Ayam di Yogyakarta Ditangkap Warga

Yogyakarta
Rumah Warga Terdampak Pelebaran JJLS Mulai Dibongkar untuk Jalur Pipa Air Bersih Menuju Bandara YIA

Rumah Warga Terdampak Pelebaran JJLS Mulai Dibongkar untuk Jalur Pipa Air Bersih Menuju Bandara YIA

Yogyakarta
Kampung Nagan Terdampak Revitalisasi Benteng Keraton Yogyakarta, Rumah Dibongkar

Kampung Nagan Terdampak Revitalisasi Benteng Keraton Yogyakarta, Rumah Dibongkar

Yogyakarta
Viral, Video Diduga Tawuran di Jalan Pramuka Yogyakarta, Ini Kata Polisi

Viral, Video Diduga Tawuran di Jalan Pramuka Yogyakarta, Ini Kata Polisi

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com