Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filosofi Ketan Kolak Apem, Sajian Khas dalam Tradisi Ruwahan

Kompas.com, 2 Maret 2023, 21:19 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Ruwahan dengan membuat sajian ketan kolak apem menjadi salah satu bentuk tradisi Jawa yang masih dilaksanakan hingga saat ini.

Dilansir dari laman Kalurahan Pucung Kabupaten Gunungkidul, kata Ruwahan merupakan nama Jawa untuk bulan kedelapan dalam kalender Islam, yaitu bulan Sya’ban.

Baca juga: Tradisi Menyambut Ramadhan, dari Balimau di Riau hingga Ruwahan di Jawa

Adapun tradisi Ruwahan dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, serta ungkapan rasa sukacita memasuki ibadah puasa pada bulan Ramadhan.

Adapun dalam tradisi Ruwahan, ketan kolak apem merupakan makanan tradisional ini kerap disajikan sebagai pelengkap Ngapem atau pembuatan gunungan apem.

Baca juga: Melihat Suasana Wilujengan Ruwahan Puro Mangkunegaran, Dipimpin Mangkunegara X

Tak sekadar untuk dinikmati, namun sajian ketan kolak apem dalam tradisi Ruwahan juga memiliki filosofi dengan makna yang mendalam.

Baca juga: Tradisi Labuhan Merapi, Upacara Adat Sejak Era Kerajaan Mataram Islam

Filosofi Ketan Kolak Apem

Dilansir dari laman Kalurahan Kadipaten Kota Yogyakarta, filosofi dari makanan tradisional ini apabila dipahami maka akan didapati nasihat-nasihat yang baik.

Warga Kampung Mangkukusuman, Gondokusuman, Kota Yogya menggelar Festival Apeman Minggu (4/4/2021). Kegiatan ini bersumber dari tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan saat bulan Ruwah yaitu bulan menjelang bulan Ramadhan. Tribun Jogja/ Yuwantoro Winduajie Warga Kampung Mangkukusuman, Gondokusuman, Kota Yogya menggelar Festival Apeman Minggu (4/4/2021). Kegiatan ini bersumber dari tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan saat bulan Ruwah yaitu bulan menjelang bulan Ramadhan.

Filosofi Ketan

Filosofi ketan diambil dari kata dalam bahasa Jawa yaitu kraketan yang bermakna ngraketke ikatan atau merekatkan ikatan.

Ketan dimaknai sebagai simbol perekat tali persaudaraan antar sesama manusia.

Selain itu, ketan juga diambil kata dalam bahasa Jawa yaitu kemutan yang bermakna teringat.

Hal ini menjadikan ketan sebagai simbol renungan dan instropeksi diri atas kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan selama ini.

Filosofi Kolak

Filosofi kolak diambil dari kata dalam bahasa Arab yaitu Khalaqa yang artinya menciptakan dan juga dari kata Khaliq yang berarti Sang Pencipta.

Kolak dimaknai sebagai simbol harapan agar selalu ingat kepada Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Filosofi Apem

Filosofi dari apem diambil dari kata dalam bahasa Arab yaitu Afwan yang bermakna memohon ampunan, dan kata Afuan yang bermakna meminta maaf.

Apem dimaknai sebagai simbol agar seseorang selalu bisa memberi maaf atau memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain

Selain itu, apem juga dimaknai sebagai pertobatan manusia yang memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber:
kadipatenkel.jogjakota.go.id  
desapucung.gunungkidulkab.go.id  

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau