Salin Artikel

Filosofi Ketan Kolak Apem, Sajian Khas dalam Tradisi Ruwahan

KOMPAS.com - Ruwahan dengan membuat sajian ketan kolak apem menjadi salah satu bentuk tradisi Jawa yang masih dilaksanakan hingga saat ini.

Dilansir dari laman Kalurahan Pucung Kabupaten Gunungkidul, kata Ruwahan merupakan nama Jawa untuk bulan kedelapan dalam kalender Islam, yaitu bulan Sya’ban.

Adapun tradisi Ruwahan dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, serta ungkapan rasa sukacita memasuki ibadah puasa pada bulan Ramadhan.

Adapun dalam tradisi Ruwahan, ketan kolak apem merupakan makanan tradisional ini kerap disajikan sebagai pelengkap Ngapem atau pembuatan gunungan apem.

Tak sekadar untuk dinikmati, namun sajian ketan kolak apem dalam tradisi Ruwahan juga memiliki filosofi dengan makna yang mendalam.

Filosofi Ketan Kolak Apem

Dilansir dari laman Kalurahan Kadipaten Kota Yogyakarta, filosofi dari makanan tradisional ini apabila dipahami maka akan didapati nasihat-nasihat yang baik.

Filosofi Ketan

Filosofi ketan diambil dari kata dalam bahasa Jawa yaitu kraketan yang bermakna ngraketke ikatan atau merekatkan ikatan.

Ketan dimaknai sebagai simbol perekat tali persaudaraan antar sesama manusia.

Selain itu, ketan juga diambil kata dalam bahasa Jawa yaitu kemutan yang bermakna teringat.

Hal ini menjadikan ketan sebagai simbol renungan dan instropeksi diri atas kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan selama ini.

Filosofi Kolak

Filosofi kolak diambil dari kata dalam bahasa Arab yaitu Khalaqa yang artinya menciptakan dan juga dari kata Khaliq yang berarti Sang Pencipta.

Kolak dimaknai sebagai simbol harapan agar selalu ingat kepada Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Filosofi Apem

Filosofi dari apem diambil dari kata dalam bahasa Arab yaitu Afwan yang bermakna memohon ampunan, dan kata Afuan yang bermakna meminta maaf.

Apem dimaknai sebagai simbol agar seseorang selalu bisa memberi maaf atau memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain

Selain itu, apem juga dimaknai sebagai pertobatan manusia yang memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber:
kadipatenkel.jogjakota.go.id  
desapucung.gunungkidulkab.go.id  

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/03/02/211957578/filosofi-ketan-kolak-apem-sajian-khas-dalam-tradisi-ruwahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke