"Hati-hati dengan kaca. Kaca yang tidak menggunakan safety glass pada saat terjadi benturan, dia akan menjadi mesin pembunuh," tegas dia.
Di sisi lain, berdasarkan hasil investigasi dan analisis, KNKT menyimpulkan penyebab terjadinya kecelakaan adalah penggunaan gigi tinggi pada jalan menurun panjang.
Hal itu mengakibatkan pengemudi melakukan pengereman berulang.
Sehingga dampaknya terjadi penurunan tekanan angin pada tabung angin sistem rem secara cepat.
Akibatnya, bus mengalami tekor angin sehingga tenaga pneumatic yang dihasilkan sistem rem tak mampu memberikan daya dorong kampas menekan tromol.
Baca juga: Mengenal Bukit Bego Bekas Tambang dan Lokasi Favorit Goweser di Imogiri
"Karena dibuang terus tekanan angin di dalam tabung mulai menurun, mulai 10, 9 ,8, 7, 6 begitu masuk 5 maka akan terdengar alert pada bis itu bunyi. Itu tandanya tenaga pneumatic tidak akan mampu mendorong kampas memyentuh tromol, alias ngeblong, jadi anginya tekor," ungkap dia.
Hal itu terlihat dari jejak pengereman yang terputus-putus dan semakin tipis pada jarak 200 meter.
Jejak pengereman tersebut memperkuat adanya penurunan tenaga pneumatic tersebut.
"Jadi, ini bukan malfunction kendaraan ya, tapi adalah kesalahan prosedur mengemudi," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.