YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Komunitas Bijak Sampah di Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul, DI Yogyakarta mengolah sampah.
Salah satunya sampah jenis plastik yang didaur ulang tanpa pembakaran, hingga menghasilkan barang salah satunya konblok.
Bahkan, hasil karya komunitas ini diminati untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca juga: Mesin Pengolah Sampah Buatan Anak SMK Pemalang Diklaim Bisa Hasilkan 500-1000 liter per hari
Salah satu penemu alat pengolahan plastik Agung Wisda menyampaikan, awalnya karena keprihatinan banyaknya sampah plastik yang ada di sekitar.
Lalu, ia melakukan riset bersama Prof. Surisyono dan Tri Setyawati dan menghasilkan mesin sederhana pengolahan plastik.
Adapun mesin yang dibuat yakni mesin pencacah sampah plastik, mesin mixer atau pencampur bertenaga listrik dan alat pres manual.
Alat ini diklaimnya sebagai yang pertama di Indonesia.
"Risetnya sejak 2016, dapat formulanya lalu kami ajukan ke Ditjen HAKI untuk hak patennya tahun 2019," kata Agung kepada wartawan di Pleret, Bantul, Kamis (18/8/2022).
Baca juga: Karut Marut Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung, DLH Sebut karena Kurangnya Armada Angkut
Berbagai bahan bangunan hasil pengolahan plastik seperti konblok, pemecah gelombang, separator pembatas jalan bisa dibuat.
Untuk campuran sistem pemanas ini yakni 70 persen pasir yang terpenting tidak banyak debu, dan 30 persen plastik.
Agung mengklaim hasil pengolahan plastik ini bisa bertahan melebihi yang terbuat dari semen. Bahkan sudah diuji coba dari Balibang Kementerian PUPR dan juga pernah menjuarai Pertamina Foundation tahun 2021.
"Dari awal (pembuatan konblok) sampai akhir paling hanya lima sampai sepuluh menit saja dan sudah bisa dipakai, tapi biasanya masih panas dan biasanya menunggu satu jam dulu," kata dia.
Dikatakannya, hasil olahan Komunitas Bijak Sampah ini sudah dilirik DPP Kagama Kalimantan yang meminta sampel balok. Jika berhasil dipakai untuk membuat bangunan di sekitar IKN.
"Request DPP Kagama Kalimantan minta dibuatkan prototipe untuk bahan baku fondasi karena lentur dan tahan di tanah gambut, itu untuk IKN," kata dia.
"Nanti November kami presentasi di Kementrian BUMN," kata dia.