Wakil Ketua Komunitas Bijak Sampah sekaligus salah satu inventor Tri Setyawati menambahkan, pengolahan sampah ini menggantikan semen sebagai perekat.
"Kami juga tidak menggunakan semen dan tidak ada pembakaran atau pelelehan plastik," kata dia.
Dijelaskannya, mesin pengolahan plastik ini masih prototipe, belum dipasarkan, dan masih terus dikembangkan.
Saat ini pihaknya masih fokus menginisiasi kampung bijak mengolah sampah berteknologi hijau, di Kalurahan Pleret. Ke depan, diharapkan sampah selesai tingkat padukuhan.
"Kami mengajak masyarakat khususnya yang memiliki bank sampah untuk menyetor sampah jenis residu ke kami agar bisa diolah. Kalau untuk harga alat ini tidak mahal dan kalau ada yang mau mempelajarinya kami ajari," kata Tri.
Pengasuh kampung bijak sampah berbasis teknologi hijau Nur Subiyantoro mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan pengolahan sampah plastik ini, dan harapanya sampah tidak perlu dibuang sampai ke TPST Piyungan.
"Kampung Bijak Sampah selaras dengan program Bantul Bersih Sampah atau Bantul Bersama Tahun 2025. Ini baru dilakukan di Kalurahan Pleret, jika dilakukan di 74 kalurahan lain di Bantul maka masalah sampah bisa diatasi tanpa menimbulkan masalah lainnya," kata dia.
Nantinya, pengolahan sampah ini dikelola Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMkal) sehingga bisa meningkatkan perekonomian warga.
Tidak hanya sampah plastik, namun juga sampah organik yang bisa dibuat kompos.
"Jika kalurahan menginginkan alat untuk mengolah sampah plastik yang sudah tidak punya nilai ekonominya, saya siap menjembataninya," kata Wakil Ketua I DPRD Bantul ini.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul Ari Budi Nugroho mengatakan, warga Bantul menghasilkan 300 ton sampah setiap harinya.
Sehingga perlu upaya bersama menyelesaikan sampah, dan salah satunya pola pikir harus mengarah kepada sampah menjadi komoditas yang bernilai ekonomis.
"Harapan dengan adanya Kampung Bijak Sampah ini bisa bersinergi dengen Pemkab Bantul untuk menyelesaikan permasalahan sampah ini," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.