YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DI Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, angkat bicara mengenai aksi Paguyuban Pedagang Daging Sapi (PPDS) Segoryoso, akibat merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
"Ya nggak papa (PPDS Segoroyoso tutup). Tapi kan tidak berarti tidak ada penyembelihan yang besar. Memang di sana yang penting itu bagaimana dengan jangan sampai penularan bisa masuk ke Yogyakarta," katanya di Kepatihan, Selasa (31/5/2022).
Sultan menyebut bahwa temuan PMK di Kulon Progo sebisa mungkin diminimalisasi jangan sampai meluas ke daerah lainnya.
Baca juga: MUI Terbitkan Fatwa Kurban di Tengah Wabah PMK, Begini Isinya
"Tapi kan ada kecenderungan seperti di Kulon Progo kemarin itu bisa terjadi, itu bagaimana bisa kita eliminasi untuk tidak meluas," kata dia.
"Kita hanya hati-hati saja. Segoroyoso mungkin punya kekhawatiran saja," ujar Sultan kembali.
Sebelumnya, Paguyuban Pedagang Daging Sapi (PPDS) Segoroyoso, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memutuskan mogok selama tiga hari usai penutupan sejumlah pasar hewan.
Ketua PPDS Segoroyoso, Rejo Mulyo mengatakan rencana penghentian penyembelihan sudah diberitahukan melalui surat edaran kepada seluruh anggotanya.
"Selama tiga hari terhitung Selasa (31/5/2022) malam hingga Sabtu 3 Juni 2022 yang akan datang. Sudah kita edarkan Senin (30/5/2022) malam," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (31/5/2022).
Dijelaskannya, aksi mogok menyembelih sapi ini sebagai dampak penutupan sejumlah pasar hewan di wilayah DIY dan juga Jawa Tengah, karena adanya temuan penyakit mulut dan kaki (PMK).
Baca juga: Ratusan Sapi Perah di Kuningan Terserang PMK, Pemda dan Damkar Semprotkan Disinfektan
Penutupan tersebut menyebabkan pasokan sapi untuk disembelih sangat minim bahkan tidak ada. Para pedagang mengandalkan pasokan sapi dari pasar hewan seperti Siyono Harjo dan Munggi, Gunungkidul; pasar hewan Prambanan di Sleman dan pasar hewan di Muntilan, Jawa Tengah.
"Sehari memotong 52 ekor sapi dan jumlah tidak mungkin mampu dipasok oleh pasar hewan yang saat ini masih buka karena pasar hewan yang skalanya kecil," kata Rejo.
"Jika harga sapi tinggi, kami masih bisa motong. Namun kalau tidak ada sapi yang dipotong, trus mau motong apa?," ucap Rejo.
Baca juga: Satu Kasus PMK di Sumenep, Lalu Lintas Hewan Ternak Diperketat
Bahkan aksi mogok akan berlanjut jika pasar hewan tak segera dibuka.
"Kami hanya berharap pasar kembali dibuka. Dan jika belum dibuka kami tetap lanjutkan mogok," lanjutnya.
Rejo mengatakan, para pedagang daging di pasar tradisional dipastikan tidak akan buka jika tidak ada pasokan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.