YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bangun shelter dan jaringan seismograf di Candi Abang, Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman. Pembangunan shelter dan jaringan seismograf ini sebagai upaya BMKG meningkatan kecepatan, ketepatan dan akurasi informasi gempa bumi.
Shelter dan jaringan seismograf di Candi Abang, Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman diresmikan langsung oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.
Peresmian ini menandai dimulainya instalasi 17 seismograf di seluruh wilayah Indonesia.
Dwikorita pun menjelaskan kenapa shelter dan jaringan seismograf dibangun di wilayah Prambanan.
Baca juga: BMKG Catat 724 Gempa Susulan Guncang NTT, Warga Diimbau Waspada
"Kenapa di wilayah Candi Abang, sebetulnya bukan wilayah Candi Abang tetapi wilayah Prambanan, karena di situ belum ada titik. Jadi ada zona yang masih kosong, sensornya belum ada," ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Sabtu (18/12/2021).
Dwikorita menyampaikan wilayah Candi Abang, Jogotirto, merupakan lokasi yang tepat dan cocok untuk shelter dan jaringan seismograf. Pasalnya batuan di lokasi tersebut tergolong keras.
"Di wilayah Prambanan ini kami harus mencari lokasi di atas batuan keras, jadi jangan di tanah lunak. Kenapa? Karena sensor itu harus benar-benar yang direkam adalah gelombang gempa bukan gelombang-gelombang yang lain. Kalau batuan keras, ini bisa merekam tanpa noise (bising)," tegasnya.
Dia berkata, BMKG lterus berupaya untuk meningkatkan layanan dalam hal kecepatan, ketepatan, dan akurasi informasi gempa bumi.
"Nah untuk meningkatkan kecepatan, ketepatan dan akurasi itu jumlah sensor-sensor gempa perlu ditambahkan, dirapatkan jaringanya," tuturnya.
BMKG dibantu para ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menghitung jumlah penambahan shelter dan jaringan seismograf. Selain itu juga dibantu menentukan di mana saja titik-titik yang perlu penambahan alat tersebut.
Dwikorita mengungkapkan, dalam proses pembangunan BMKG dikawal oleh Kejaksaan Agung.
Tujuanya agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam proses pembangunan shelter dan jaringan seismogram.
Baca juga: Pemprov Sulsel Kembali Kirimkan Bantuan Pemulihan ke Selayar Pasca-gempa di NTT
Sementara itu Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno menambahkan, saat ini pihaknya telah membangun shelter dan jaringan seismograf sebanyak 511 titik.
"Sekurang-kurangnya, kalau ideal sekali karena wilayah Indonesia itu luas, paling tidak berdasarkan hasil dengan para ahli dari ITB, sekurang-kurangnya minimal kita punya 600 jaringan seismograf di seluruh Indonesia," ucapnya.
Menurut Bambang butuh waktu untuk bisa membangun 600 jaringan seismogram tersebut. Sebab dalam pembangunan perlu menentukan titik lokasi yang tepat.
"Mudah-mudahan nanti terpenuhi, tapi untuk proses pembangunan ini dibutuhkan waktu ya, untuk survie, mencari lokasinya yang baik, pembangunan shelter, baru diisi oleh peralatanya, jadi bertahap kita lakukan seperti itu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.