YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tetap yakin kebijakan larangan study tour yang diberlakukan beberapa daerah tak pengaruhi jumlah wisatawan yang datang ke DI Yogyakarta.
"Kalau saya kok belum yakin (wisatawan bekurang). Kan kalau se Indonesia baru beberapa (daerah) yang melarang (study tour) kita masih banyak sekali daerah-daerah lain (yang berkunjung)," ujar Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono, Minggu (19/5/2024).
Baca juga: Soal Study Tour, Gibran: Jangan Dihilangkan
Saat study tour para siswa tidak hanya berkunjung ke suatu daerah tetapi setelah berkunjung mereka membuat rangkuman atau tulisan apa yang sudah dikunjungi selama study tour.
Tugas-tugas yang diberikan dari pihak sekolah ini, menurut Beny, adalah salah satu bentuk pembelajaran merdeka.
"Tidak hanya sekedar pergi, mesti mereka banyak cerita yang mereka lihat. Itu proses pembelajaran yang kita anggap sekarang adalah proses pembelajaran merdeka belajar kan experience ada di situ," kata dia.
Dia mencontohkan saat siswa datang ke museum, siswa tidak hanya melihat benda-benda mati saja tetapi siswa dapat mengetahui bagaimana sejarah Indonesia dari zaman lampau hingga zaman sekarang.
"Misalnya datang ke wisata museum tidak melihat benda mati, benda yang bisa mengeksplorasi jaman dulu ke masa depan. Kalau kita cuma dipertontonkan ini patung e sinten bar niku bar (patungnya siapa setelah itu selesai). Kan tidak dijelaskan esensi itu. Nah siswa itu perlu tahu sampai kesitu," bebernya.
Beny menambahkan, kasus kecelakaan di Ciater menjadi perhatian bagi sekolah khususnya yang ada di Yogyakarta agar lebih teliti dalam memilih moda transportasi yang digunakan untuk study tour.
Bahkan lanjut dia, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X juga sudah mengingatkan supaya ada standar yang harus dipenuhi oleh para pengusaha biro perjalanan.
"Kalau kami kata pak Gubernur boleh (study tour) asal standar (memenuhi standar), standar armada yang digunakan itu betul-betul laik untuk jalan," ujarnya.
Sebelumnya, Kebijakan pelarangan study tour oleh beberapa daerah dipertanyakan oleh pelaku usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Salah satunya adalah Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) DIY, mereka mempertanyakan mengapa study tour oleh sekolah dilarang padahal study tour hampir sama dengan kunjungan kerja (kunker).
"Kenapa yang disalahkan study tournya? Study tour gak bermasalah, apa bedanya dengan kunker pemda dan dewan," ujar Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono saat dihubungi, Jumat (17/5/2024).
Baca juga: Sejumlah Pemda Larang Study Tour, Pelaku Wisata di Magelang: Keputusan Aneh dan Reaksioner
Lanjut Deddy study tour yang dilakukan oleh sekolah-sekolah ini menunjuang program pemerintah dalam hal ini program dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dia menambahkan, dengan study tour anak-anak mendapatkan wawasan budaya, wawasan alam, dan juga pendidikan. Ditambah di DIY banyak perguruan tinggi yang bisa dijadikan objek study tour.
"Siswa supaya mengenal kalau di perguruan tinggi di DIY seperti ini," imbuh dia.
Beberapa pemerintah daerah yang melarang dan membatasi perjalanan study tour siswa adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Kuningan, Pangandaran, Cirebon, Depok, Bogor, Cimahi, Tangerang Selatan, dan Jawa Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.