YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Buruh di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar aksi "May Day" di sejumlah lokasi pada Rabu (1/5/2024). Di antaranya di Tugu Pal Putih Kota Yogyakarta, dan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta.
Dalam aksi tersebut buruh menyampaikan beberapa aspirasi. Salah satunya adalah tuntutan perumahan murah di DIY. Pasalnya, harga rumah di DIY saat ini sudah tidak terjangkau bagi buruh.
Menanggapi hal itu, Disnakertrans DIY akan mengkomunikasikan tuntutan buruh itu kepada stakeholder terkait.
Baca juga: Demo May Day di Makassar Ricuh, Polisi Amankan 5 Orang
“Terkait dengan tuntutan teman-teman (buruh) dalam hal ini kewenangan maupun stakeholdernya bisa nantinya dikomunikasikan,” ujar kepala Disnakertrans DIY, Aria Nugrahadi saat dihubungi, Kamis (2/5/2024).
"Aspirasi dari teman-teman ini nanti bisa terkomunikasikan terkait baik itu yang arahnya akses hunian ataupun nanti terkait bantuan transportasi dan lain sebagainya," lanjutnya.
Terkait dengan rumah murah yang menjadi tuntutan buruh, kata Aria, hal itu menjadi kewenangan Kementerian PUPR.
"Bagaimana mekanisme subsidi agar rumah terjangkau bagi pekerja. Nanti komunikasi dan koordinasi,” ucap Aria.
Sebelumnya, Peringatan Hari Buruh atau May Day pada Rabu (1/5/2024) digelar di beberapa titik. Selain buruh kelompok mahasiswa juga turut ikut melakukan demonstrasi.
Mereka menuntut agar pemerintah memberikan perumahan murah, subsidi transportasi, dan pendidikan layak bagi buruh di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Tuntutan itu didengungkan karena harga rumah di DIY dianggap sudah tak terjangkau bagi buruh.
Sebagai informasi Upah Minimum Provinsi (UMP) di DIY sebesar Rp 2,1 juta. Sedangkan Upah Miminum Kota (UMK) di Kota Yogyakarta sebesar Rp 2,3 juta.
Harga rumah subsidi di DIY berkisar Rp 160 juta yang letaknya kebanyakan di Bantul serta Gunungkidul. Sementara rumah nonsubsidi mulai dari Rp 300 juta.
Salah satu buruh, Safariyanto mengaku dia yang sudah bekerja sebagai buruh mebel di DIY belum bisa membeli rumah. Dia sampai saat ini masih tinggal bersama orangtuanya karena tak sanggup membeli rumah dengan gaji Rp 2,4 juta.
"Susah dengan gaji Rp 2,4 juta per bulan dibanding dengan harga rumah sudah gila-gilaan," ujarnya saat ditemui di Titik Nol Kilometer, Kota Yogyakarta, Rabu (1/5/2024).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.