Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Geologi UGM Sebut Selat Muria Tak Akan Muncul Lagi, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 26/03/2024, 04:17 WIB
Wijaya Kusuma,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Ramai di media sosial soal kemungkinan munculnya Selat Muria. Hal tersebut menyusul banjir yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng),  beberapa waktu terakhir ini. 

Pakar Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Salahuddin Husein, menyebut Selat Muria tak akan muncul kembali hanya karena banjir melanda Demak dan sekitarnya. 

"Secara geologis tidak usah khawatir Demak dan sekitarnya akan jadi laut lagi karena banjir yang berulang ini membawa sedimen yang membentuk dataran rendah," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/3/2024).

Baca juga: Selat Muria: Sejarah, Penyebab Hilang, dan Menjadi Daratan

Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM ini mengatakan, wilayah Demak, Juwana, dan Pati sebelumnya merupakan area Selat Muria. Pada abad ke-10 hingga ke-15, selat tersebut berubah menjadi dataran rendah. 

Salahuddin Husein mengatakan, dari aspek geologi wilayah Demak, Juwana, dan Pati awalnya merupakan Selat Muria. Wilayah tersebut berubah menjadi dataran rendah di sekitar abad ke-10 hingga ke-15.

Wilayah Demak, Pati, dan Juwana merupakan dataran rendah hasil dari sedimentasi banjir yang berulang dari Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana. Dengan kata lain, Selat Muria menghilang seperti saat ini karena banjir di ketiga sungai tersebut.

"Terbentuknya daerah tersebut karena adanya sedimen yang terbawa saat banjir yang berulang," ujarnya. 

Dia menyebut proses sedimentasi sungai pada umumnya berlangsung saat banjir. Hal ini mengakibatkan endapan sedimen tersebut mengumpul sebagai dataran limpasan banjir.

Salahuddin menyebutkan, Selat Muria tidak akan muncul lagi lantaran proses geologi berupa erosi lajur perbukitan Kendeng dan lajur perbukitan Rembang yang melewati jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini. 

Bahkan, sedimen yang dibawa juga cukup tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan pendangkalan di Selat Muria.

Terkait banjir, dia menyebut hal tersebut lumrah. Pasalnya, dataran rendah itu terbentuk karena luapan banjir. 

"Wajar kalau banjir terjadi berulang. Ini bukan hal aneh karena dataran rendah tersebut terbentuk karena luapan banjir," ungkapnya.

Di sisi lain, perubahan lingkungan seperti adanya permukiman berdampak secara geologis. Salah satunya berupa pemadatan lahan untuk pendirian bangunan maupun penggunaan air tanah yang membuat tanah menjadi kompak, padat, dan agak turun.

Kondisi tersebut menyebabkan daerah Demak, Pati, dan Juwana rentan banjir. Terlebih dengan meningkatnya bencana hidrometeorologis yang terjadi saat ini.

Salahuddin menambahkan, hujan dengan intensitas tinggi dan terus-menerus berpotensi meningkatkan debit air di wilayah hulu sungai. Dampaknya terjadi banjir ekstrem dan baru akan surut selama berhari-hari.

Baca juga: Banjir Demak Surut, Warga yang Mengungsi di Kudus Pulang ke Rumah untuk Bersih-bersih

Menurutnya, pemerintah perlu mengkaji ulang kapasitas tanggul untuk mengatasi banjir. Terutama disesuaikan dengan ketika terjadi potensi banjir ekstrim.

Dengan penyesuaian itu, diharapkan sungai-sungai mampu membawa lebih banyak lagi debit air hujan tanpa harus menyebabkan banjir.

Selain itu, perlu adanya upaya pengawasan dan perawatan tanggul secara berkala. Harapannya, pengawasan dan perawatan tersebut dapat mencegah tanggul jebol di sejumlah titik.

"Upaya normalisasi sungai memang sudah dilakukan, tetapi ke depan perlu dilakukan redesain dengan menyesuaikan kondisi saat ini," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

Yogyakarta
Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Yogyakarta
Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Yogyakarta
Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Yogyakarta
Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Yogyakarta
ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

Yogyakarta
Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Yogyakarta
Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Yogyakarta
Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Yogyakarta
Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Yogyakarta
Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Yogyakarta
Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Yogyakarta
Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com