KULON PROGO, KOMPAS.com – Ratusan anak usia sekolah dasar dan remaja berebut gunungan apem di halaman Balai Desa Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Meski didominasi laki-laki, remaja putri pun rupanya tidak kalah kuat. Kalap dan tidak terkendali, setiap orang berdesakan, penuh semangat, gigih memungut kue semampu yang mereka bisa.
“Aku entuk semene. Dipangan wae (Aku dapat cuma segini, Dimakan saja),” kata Agung, bocah berbaju lurik dan berjarit, Minggu (3/3/2024).
Baca juga: Mengintip Tradisi Nyadran di Karanggude Kulon Banyumas, Sembelih Kambing dan Doa Bersama
Ia menunjukkan kue apem sudah memenuhi blangkon yang tadi dikenakan lagi di kepalanya.
Setelah itu, ia keluar dari himpitan dan membiarkan bocah lain berebut sisa apem hingga kue yang tadinya tersusun seperti tumpeng, ludes.
Warga berebut 1.000an apem yang menjadi bagian dari acara Nyadran Agung Kaliagung.
Menyambut datangnya Ramadhan, Pemerintah Kelurahan Kaliagung menggelar Nyadran Agung seperti ini di bulan Sya'ban menurut penanggalan Islam, yang bertepatan dengan bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa.
Pasukan Bregada mengawal warga berpakaian adat Jawa datang ke acara nyadran. Mereka dari kampung-kampung di 12 dusun sambil membawa panganan untuk kendurian atau perjamuan bersama di sana.
Baca juga: 5 Tradisi Nyadran di Jawa yang Dilakukan Jelang Bulan Ramadhan
Acara berlangsung tidak lama. Sesepuh desa memanjatkan doa menjadi puncak acara sebelum perjamuan makan dan ngalap berkah atau warga memperebutkan gunungan.
Usai doa, warga mengeluarkan makanan dari jodang (wadah hantaran) yang mereka bawa. Wadah ini makanan tradisional rakyat. Setelah itu, mereka makan bersama.
“Kami membawa makanan dengan jodang atau wadah (yang dipikul) dari kayu jati. Isinya yang utama ingkung (ayam dimasak utuh) dan ubo rampe,” kata Sastro Wardoyo, Dukuh (kepala dusun) Tegowanu.
Lurah Kaliagung, Sugeng Nugroho menjelaskan, nyadran adalah tradisi yang lestari sejak lama di masyarakat Jawa. Di sini, warga selalu hadir dengan antusias tinggi.
Baca juga: Menengok Tradisi Nyadran Seribu Ingkung Jelang Ramadhan di Gunungkidul
Pemerintah desa membantu lewat anggaran desa Rp 300.000 bagi setiap dusun yang ikut serta di acara nyadran.
Meski subsidi kecil, warga di pedukuhan bisa membawa makanan hingga senilai jutaan Rupiah ke acara.
“Kaliagung kalurahan budaya, mestinya ada dukungan dana istimewa, tapi belum ada. Kita menganggarkan lewat APB Kalurahan (desa) dan didukung gotong royong masyarakat,” kata Sugeng.
Jadilah acara nyadran yang sederhana namun meriah. Warga terlihat bergairah menyambut nyadran. “Gotong royong masyarakat sangat tinggi sekali di sini,” kata Sugeng.
Baca juga: Lewat Tradisi Nyadran, Ganjar Pranowo Maknai Spirit Toleransi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.