YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang lesehan di Jalan Balirejo, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta memilih untuk tak untuk banyak dibanding harus menaikkan harga dagangannya akibat mahalnya harga beras.
“Kita naik Rp 1.000 itu dulu waktu Lebaran besar (Idul Adha), sekarang belum naik lag. Kalau harga naik kita ikut naik ya susah, pelanggan kita kebanyakan orang jalan sama anak kuliah. Pinter-pinternya kita kelola sendiri. Untungnya ya sedikit beda dengan harga normal kemarin,” kata penjual Lesehan Lamongan di Jalan Balirejo, Kota Yogyakarta, Ersi, Jumat (8/9/2023).
Dia juga enggan menyiasati mencampur beras kualitas rendah dengan kualitas premium. Pasalnya hal itu dapat mempengaruhi kualitas nasi yang dijualnya kepada pelanggan.
Baca juga: Harga Beras di Kota Yogyakarta Terus Meroket, Premium Rp 14.500 Per Kg dari Rp 12.000
“Kalau beras enak jadinya ya enak. Kalau beras yang pera ya enggak enak. Dapat pengaruh ke kualitasnya,” kata dia.
Bahkan saat harga cabai naik dirinya juga tidak menaikkan harga dan takarannya tidak berubah.
“Cabai naik misalnya kita pakai 20 cabai ya pakai 20 cabai, karena kita jaga kualitas,” ujarnya.
Sementara itu pedagang Beras di Pasar Beringharjo Rita mengungkapkan bahwa pelanggannya tak hanya untuk rumah tangga saja tetapi juga para pengusaha makanan.
“Ada juga yang dioplos biar dapat untung, kalau semua naik pedagang dapat apa?” kata dia.
Tidak hanya beras, harga telur juga naik sehingga hal ini dapat membebani para pedagang makanan.
“Telur naik, sayur naik, pedagang (makanan) dapat apa,” imbuhnya.
Sebelumnya, Harga beras di Kota Yogyakarta mencapai tertinggi pada hari Jumat (8/9/2023). Bahkan menurut pedagang di Pasar Prawirotaman harga beras pada hari ini menjadi yang tertinggi selama dia berjualan beras.
Pedagang beras di Pasar Prawirotaman, Idris mengatakan, untuk harga beras premium sekarang di angka Rp 14.500 per kilo dari harga Rp 12.000, sedangkan kualitas medium awalnya Rp 11.500 sekarang naik di angka Rp 13.000.
“Naik paling banter (kencang) sudah sebulan ini, grafiknya terus naik. Kalau eceran ndak terlalu terasa karena satu minggu baru naik Rp 500, kalau kelihatan naiknya itu kalau beli karungan,” ucap dia.
Baca juga: Harga Beras Naik, Pemkot Malang Siapkan Pasar Murah
Kenaikan ini menurut dia menjadi yang tertinggi semenjak orangtuanya berjualan beras sampai dilanjutkan olehnya.
“Paling tinggi saya pribadi, orangtua saya, seumur-umur harga tertinggi,” kata dia.
Dia mendapatkan informasi dari distributor beras bahwa kenaikan terjadi karena saat ini memasuki musim kemarau, sehingga para petani lebih memilih menanam palawija dibandingkan padi.
“Petani pada nanam palawija karena musim kemarau, setelah habis palawija kira-kira 5-6 bulan lagi. Itu yang biasanya panen raya, kalau seperti di Bantul tidak pengaruh karena panennya hanya blok-blok sawah,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.